29 July 2010

DELIVERANCE (1972)

STORY :

4 Orang bisnismen kota Atlanta yang merasa bosan dengan pekerjaan, televisi dan bermain golf di akhir pekan, memutuskan untuk merasakan adrenaline dengan berpetualang ( Canoeing ) di sungai Cahulawassee, Georgia Utara sebelum akhirnya sungai dan kawasan itu akan hilang untuk dijadikan bendungan raksasa yang oleh salah seorang mereka disebut sebagai "one big, dead lake". Mereka adalah Lewis ( Burt Reynolds ), Ed ( John Voight ), Drew ( Ronny Cox ) dan Bobby ( Ned Beatty).

Petualangan yang seharusnya menyenangkan itu berubah drastis menjadi horror, ketika 2 orang 'local-mountain-man' yang terlihat retard+vicious+biadab ( BIll McKinney, Herbert Coward ) mengintai 'orang-orang kota' ini dari balik kegelapan hutan, dan di hari berikutnya mereka berhasil menangkap Ed dan Bobby Bukan hanya menangkap, 2 local-mountain-man ini kemudian melakukan pelecehan seksual brutal yang baru kali ini gue liat dalam sebuah film. Yap, salah satu villain ini menyodomi Bobby ( Ned Beatty ) dan menyuruhnya untuk menguik seperti babi! ( Adegan ini kemudian dikenal sebagai 'Squeal Like A Pig scene'.) Sementara Ed tak berdaya dibawah todongan senjata.

Dari situ, ke empat protagonis kita kemudian terjebak dalam sebuah mimpi buruk, dimana mereka menentukan batas tipis yang harus mereka pilih antara peradaban, moral, hukum, survival dan apa yang kita kenal sebagai barbarisme.

REVIEW :


Kalo kita liat sekilas, film ini sepertinya akan menjadi tipikal horror-nowadays yang mempunyai plot simpel 'holiday trip becomes a nightmare' dengan sosok villain muncul dari balik hutan atau gunung yang menyergap para protagonis, kaya 'Wrong Turn', 'Vertige' atau 'The Hills Have Eyes'. Tapi, yang ngebedain Deliverance dari film2 itu ( selain jelas ini adalah salah satu pelopor film2 ber-plot sejenis ) adalah bahwa semua yang ada di film ini masuk akal. Tidak ada karakter-karakter tolol melakukan hal-hal tolol, tidak ada cewe-cewe ber toket besar menggendong ransel kosong, dan tidak ada villain berwajah rusak akibat radiasi nuklir. Gue nggak bilang kalo dengan elemen itu, sebuah film horror akan menjadi jelek ( soalnya gue juga suka The Hills Have Eyes hehe ). Gue cuman bilang beda, itu aja. Sementara sesi konflik moral yang terjadi pada para protagonisnye mengingatkan gue pada film 'Mean's Creek'. Yep, Deliverance adalah 'Wrong Turn + Mean's Creek.

Namun walau tidak ada monster-radiasi-nuklir didalamnya, 2 villain dalam film ini sanggup melakukan kekejian yang tak kalah ultra-shockingly-disturbing. 

Jika adegan pemerkosaan cewe di I Spit On Your Grave udah cukup memilukan buat kamu tonton, gimana dengan adegan cowo paruh baya gembrot di sodomi oleh lelaki bejad-moral yang juga memaksanya untuk menguik-nguik seperti babi?? ini adalah salah satu the sickest-scene yang pernah gue liat di sebuah film.

Dengan dipenuhi shot-shot brillian didukung setting pegunungan dan sungai di pedalaman Amerika, Deliverance bener-benar mengasyikkan buat ditonton dan membuat gue lupa kalo ini adalah sebuah film produksi tahun 70-an awal. Semua cast juga sepertinya sedang memainkan peran terbaik sepanjang karir mereka yang membuat gue ikut peduli pada apa yang terjadi. Burt Reynolds terlihat gagah sebagai 'the man with the answer', Ronny Cox sang moralis, Ned yang memelas ketika disodomi dan John Voight..oh, gue hampir gagal mengenali kalo pria inilah yang juga berperan sebagai Sarone di Anaconda.

Thus, Sutradara John Boorman berhasil mengadaptasi buku James Dickey ( berjudul sama ) menjadi sebuah thriller-survival mendebarkan sepanjang 110 menit  yang mengalir deras seperti arus-jeram sungai Cahulawassee. Intensitas sudah dibangun sejak menit pertama dengan adegan 'dueling banjo' yang ikonik itu. Sebuah adegan 'duel-terselubung' antara banjo-jelek-murahan yang dimainkan seorang bocah-lokal yang terlihat creepy dan memendam kebencian melawan gitar mahal Drew yang terkesan sombong. Sejak itu, eskalasi terus memuncak menjadi duel sesungguhnya antara mountain-man melawan para city-boys. antara moralitas melawan survival. dan antara peradaban melawan barbarisme. Meninggalkan kita untuk termenung memikirkan sekali doktrin peradaban yang udah selama ini kita percaya.


Film ini semakin menarik untuk dibicarakan ketika sutradara dengan sengaja membiarkan adegan kematian Drew tidak dijelaskan dan terbuka untuk di interpretasikan sendiri oleh penontonnya.

Terakhir, ada sedikit sindiran halus yang cukup membuat gue tersenyum miris, 

bahwa ketika kita mengutuk pemerkosaan biadab yang dilakukan two-local-mountain-men terhadap para 'city boys' ini, sebenernya peradaban modern juga tidak lebih suci dari mereka, seperti pendapat salah seorang diantara protagonis kita yang mengkritik pembangunan bendungan itu dengan berkata "they're gonna rape this whole landscape. they're gonna rape it"

Deliverance adalah sebuah masterpiece. dan dengan cepat gue menyebutnya sebagai 'classics'. PADDLE FASTER, I HEAR BANJOS!!





RATING : 8/10

2 comments:

  1. wah...ahirnya nulis review baru juga nih bro stelah vakum skian lama?
    kmana aja tuh kmaren2?hehehe :D

    ReplyDelete
  2. @apatisvian : iya bos, kemaren habis liburan panjang..ketika mau nulis lagi ternyata susah banget,haha sepertinya harus mengatur tempo lagi :D

    ReplyDelete