02 April 2010

THE SIGNAL ( 2007 )

REVIEWED BY  'R'.

Bayangin layar televisi yang sedang anda tonton tiba-tiba hanya menampilkan gambar gelombang mirip tampilan visualisasi-ambience-random di Windows Media Player-mu. Handphone tidak berfungsi dan radio hanya mengeluarkan suara-suara aneh. Bukan itu saja, sinyal-sinyal misterius itu tak lama kemudian menyebabkan halusinasi, membuat orang cepat marah dan pada akhirnya merubah mereka menjadi pembunuh-pembunuh maniak.
Kota Terminus segera kolaps. orang-orang saling berbunuhan tanpa sebab.  Chaos dimana-mana. Apokaliptik!
Ditengah Kota yang kacau-balau itu Maya ( Annesa Ramsey ) segera berniat keluar dari kota sekaligus menghindari Suaminya, Lewis ( AJ Bowen ) yang telah terjangkiti The Signal. Sementara Ben, --kekasih gelap Maya--- mencoba menyelamatkannya. Namun untuk itu, dia harus menentukan siapa yang dapat dipercaya di kota dimana setiap orang tampaknya sudah dalam pengaruh-kekerasan The Signal, termasuk dirinya sendiri.

....................

Nah, dengan premise seperti itu, 3 orang sutradara sinting-kelebihan duit bereksperimen memecah plotnya menjadi 3 chapter ( diberi nama Transmission ) yang mana tiap chapternya digarap sesuai perspektif, visi, style dan selera-genre masing2 ( David Bruckner -Transmision 1, Jacob Gentry -Transmision 2, Dan Bush - Transmision 3 ),  Hadirnya 3 otak dalam film ini akhirnya menjadikan 'The Signal' seperti perpaduan kontras beberapa sub-genre horror yang kemudian di blender jadi satu menghasilkan film weird yang oleh beberapa audiens dianggap 'instant-horror-cult-classic'  namun disisi lain di benci, -terutama oleh diehard-oldschool-horror- sebagai ' boring + wasting time ' ini.

TRANSMISSION 1, 'Crazy In Love'.
adalah chapter yang gue sebut mempunyai genre yang sama ama '28 Days Later' minus zombie.
Di segmen ini kita dikenalin ama karakter Maya. sepulang dari rumah Ben,  Maya ngedapetin Lewis ( sang suami ) bersama 2 orang temannya sedang dilanda kebingungan karena layar televisi mereka hanya menampilkan gambar gelombang aneh. Mereka mulai berdebat satu-sama lain mempermasalahkan sesuatu yang tidak penting dan berakhir dengan saling membunuh. Mulai saat ini, kita ngeliat orang-orang yang terpengaruh The Signal, dengan berbagai macam senjata saling bunuh-membunuh tanpa sebab. 30 menit pertama bener-bener thrilling, brutal, dark, dan intense.  Boleh dibilang, David Bruckner satu selera ama gue dalam chapter ini.
TRANSMISSION 1 = horror- apocalyptic!
Design penanda Chapter yang threshold dan didominasi warna merah-hitam seperti hendak menyampaikan kesan 'rebel+alternative'  dan ngingetin gue kalo ini adalah sebuah film indie-low-budget. Nuansa alternative itu diperkuat oleh soundtrack 'Atmosphere' dari Joy Division ( di cover ama band indie-rock 'Ola Podrida' ) yang menghiasi beberapa scene-nya.  wow Joy Division, Men! gue pun langsung googling buat mendownload track-nya hehehe

TRANSMISSION 2 , 'Jealousy Monster'.
Chapter ini disutradarai ama Jacob Gentry, dan film tiba-tiba membelok menjadi black-comedy-horror.
Selain itu, main character yang di chapter 1 adalah Maya, di chapter ini malah Lewis.
Kita diajak masuk ke sebuah rumah , dimana sepasang suami-istri yang sedang merencanakan pesta New year's Eve akhirnya malah ngedapetin horror ketika Lewis -yang sudah terjangkit The Signal- dalam usahanya mencari Maya,  tanpa sengaja malah masuk ke rumah mereka.
Walaupun kental aroma surreal dan black-comedy nya, Chapter ini tetep  menampilkan beberapa gruesome-death-scene yang cukup weird.
di sini kita juga akan ditunjukin gimana The Signal mempengaruhi dan menciptakan halusinasi2 yang membuat Lewis mampu melakukan sesuatu yang tak masuk akal, dan itu di visualisasiin oleh Jacob Gentry -yang juga ikut memproduseri film ini- dengan teknik stunning-camera dan trik-sinematography yang keren. Sayangnya, menurut gue Chapter ini sedikit ngerusak mood yang udah dibangun sebelumnya oleh Chapter 1. Namun, kalo mood kamu lagi bagus dan mau nyoba menyelaraskan diri dengan ide Jacob Gentry,  kayanya kamu masih bisa ngelewatin chapter ini dan menikmatinya. hehe

TRANSMISSION 3, 'Escape from Terminus'.
Setelah disuguhi weird-black-comedy di Chapter 2, kali ini giliran Dan Bush mengejawantahkan idenya ( gile bahasa apa tuh mengejawantah hahaha ).
Dan Bush membalut The Signal menjadi satu kesatuan dengan menyelipkan beberapa flash-back yang diambil dari scene 2 chapter sebelumnya, tak ada lagi humor gelap disni, dan main character untuk chapter ini adalah Ben.
dia juga sedikit memberi sentuhan sci-fi dan drama-horror untuk chapternya. kamu akan ngedapetin adegan potongan kepala yang dialiri listrik supaya bisa ngomong, dan beberapa gruesome scene yang ngingetin ama The Shining + another slasher movie. Sayangnya, menurut gue Chapter inilah yang paling lemah penyampaiannya.
Terlepas dari statement para sutradaranya yang konon menyelipkan isu tentang : media, realitas sosial, relationship dan cinta, ending film ini terlihat datar, menggantung khas film2 apokalip, ambigu dan menyisakan banyak pertanyaan disana-sini. Buat yang moodnya sudah runtuh sejak Chapter 2, kayanya nggak bakalan selesai nonton Chapter ini.

....................................


Akhirnya, The Signal buat gue sebenernya film yang mempunyai konsep dan visi sangat menarik. Hal-hal yang langka terdapat di film mega budget mainstream akan kamu dapetin disini.  Kreatif, liar, bebas dan kadang tolol.
Itu satu alasan kenapa nonton film Indie itu kadang menyenangkan walau sering juga suck. keliatan juga gimana para kreatornya saling adu kreatifitas dan bersenang-senang di dalamnya hanya dengan budget 50.000 dollar.. sayangnyaaa...sebagai satu kesatuan film utuh, film ini susah dinikmati..

Ibaratnya makan sayur asem tapi lauknya roti-bakar + gorengan. Campur aduk rasanya haha, kecuali kamu satu aliran ama Bondan Winarno yang seneng nyobain makanan aneh dengan sensasi baru, pasti akan berkomentar : " maknyooosss..this is instant classics!! "
sementara buat kamu Horror-fan-tradisional-anti-mikir jelas2 akan memuntahkan makanan seperti ini dan berteriak " gue pengen sate!!! " hehe jadi, film ini sama sekali nggak gue rekomendasiin buat mereka hehehe


.............................................................





Buat gue sih, film ini masih asik ditonton di malam minggu yang menyenangkan,
tapi menyebalkan ditonton di hari Senin sampe Jum'at.

anyway, good work. 
6,5/10

No comments:

Post a Comment