REVIEWED BY 'R'.
Kali ini saya akan mencoba me-review 2 film pendek yang salah satunya buatan temen-temen kita yang masih SMU.
SITANALA ( BERGEGASLAH SEBELUM SENJA ).
TENTANG 'SITANALA'
Ini adalah sebuah film indie bergenre horror-zombie bikinan anak2 SMU,
Film berdurasi sekitar 15 menit ini bercerita tentang meledaknya laboratorium di rumah sakit kusta 'Sitanala' yang yang nyebabin pasien2nya berubah menjadi zombie. kota Tangerang pun berstatus siaga satu.
seorang reporter bersama rekannya mencoba survive di tengah kepungan mayat hidup pemakan daging ini.
Film berdurasi sekitar 15 menit ini bercerita tentang meledaknya laboratorium di rumah sakit kusta 'Sitanala' yang yang nyebabin pasien2nya berubah menjadi zombie. kota Tangerang pun berstatus siaga satu.
seorang reporter bersama rekannya mencoba survive di tengah kepungan mayat hidup pemakan daging ini.
..........................
Saya nggak akan me-review film ini dari segi teknis mengingat mereka masih sedang dalam tahap belajar membuat film, dan budgetnya kecil ( cuma 200-300 ribu brad!! ) lagian saya sendiri nggak begitu ngerti teknis pembuatan film hehe. namun, memang kekurangan terlihat jelas disana-sini, tapi kalo terus belajar, saya yakin di film berikutnya mereka akan lebih baik.
oke, jadi saya ( sebagai horror-fan movie --bukan sebagai kritikus atau master per-sinema-an hehe-- ) akan mencoba membagi sedikit masukan dari sudut pandang saya sebagai upaya support dan apresiasi buat mereka.
oke, jadi saya ( sebagai horror-fan movie --bukan sebagai kritikus atau master per-sinema-an hehe-- ) akan mencoba membagi sedikit masukan dari sudut pandang saya sebagai upaya support dan apresiasi buat mereka.
.............................
- Kurangnya usaha pengenalan karakter, membuat emosi saya tidak ikut terlibat..
- Diawal, mereka nyoba buat make konsep 'handheld camera' gaya reportase langsung, dari konsep ini tentunya yang diharapin adalah aura 'reality-scare' yang spontan bisa di hadirkan. untuk konsep ini akting apa adanya/natural sangat di butuhkan. nah, rata-rata yang maen disini kan mereka yang sedang belajar, so akting paniknya masih terasa kurang. buat menutupi ini, sutradara sebagai director mestinya bisa turun langsung mengontrol mereka, misalnya :
di menit 00.50 ketika adegan orang2 berlarian panik karena laboratorium kimia rumah sakit meledak, rombongan kru reportase terlihat tidak terlalu panik selayaknya orang yang melihat orang lain berlarian dan mendengar suara ledakan, bahkan penjaga rumah sakit masih bisa menjelaskan dengan santai " kayanya laboratorium di sebelah sana meledak ", seharusnya disini sutradara ngingetin dengan memberi perintah : " more panic! more panic!! "
untungnye di menit berikutnya keliatan tuh paniknya. saya suka aktingnya sang reporter-cewe dan pergerakan kameranya juga bagus. hehe
- Ide zombie ber jilbab itu keren :) hehe saya juga suka kemunculan zombie cowo di menit 03.49, tangannya tak perlu menggapai2 tapi kehadirannya cukup mengancam ..i like this scene hehe, film ini kayanya mencoba menengahi 2 kutub per-zombie-an ( zombie jalan dan zombie lari ) dengan membuat zombienya di awal berjalan merayap, kemudian ketika semakin lama terinfeksi mereka akhirnya mampu berlari ( menit 02.37 -part 2 ) hehe bagus..baguss..
- Entah kenapa gerakan zombienya gue lihat kurang creepy dan terlalu tipikal hehe mungkin perlu eksplorasi gerakan zombie lainnya..zombie ngesot misalnya
akan lebih keren juga kalo ada zombie suster, zombie dokter dll soalnya ini yang meledak laboratorium rumah sakit kan hehe
- Tentang adegan mengenang lewat rekaman handycam itu, mungkin terinspirasi adegan 'mengenang' di Cloverfield? hehe rasanya akan lebih terasa dramatis jika rekaman yang dilihat adalah rekaman ketika mereka sedang bercanda/tertawa bahagia lalu ditimpali soundtrack yang mendukung dengan durasi yang tidak terlalu panjang untuk efisiensi. atau kita bisa masukin sedikit humor dengan membuat rekaman handycam nya bertumpang tindih dengan rekaman2 konyol.
Anyway, pengambilan gambar dan editing yang bagus gue dapetin mulai menit 05.19 ( part 1 ) --mulai menit ini konsep 'handheld camera' nya ditinggalin-- sampe 01.40 ( part 2 ),
-Setting apokaliptik-post-outbreaknya kaga ada. Mengingat minimnya budget, tentunya kita ga mungkin bikin kaya di 'I Am Legend' hehe tapi mungkin kita bisa menggeletakkan tong sampah di tengah jalan, drum minyak bekas, membalikkan gerobak bubur ayam, sepeda anak-anak, atau jika kita berhasil membuat efek asap mengepul dari ban bekas yang dibakar, kayanya itu akan lebih yahud dll.
- Diawal, mereka nyoba buat make konsep 'handheld camera' gaya reportase langsung, dari konsep ini tentunya yang diharapin adalah aura 'reality-scare' yang spontan bisa di hadirkan. untuk konsep ini akting apa adanya/natural sangat di butuhkan. nah, rata-rata yang maen disini kan mereka yang sedang belajar, so akting paniknya masih terasa kurang. buat menutupi ini, sutradara sebagai director mestinya bisa turun langsung mengontrol mereka, misalnya :
di menit 00.50 ketika adegan orang2 berlarian panik karena laboratorium kimia rumah sakit meledak, rombongan kru reportase terlihat tidak terlalu panik selayaknya orang yang melihat orang lain berlarian dan mendengar suara ledakan, bahkan penjaga rumah sakit masih bisa menjelaskan dengan santai " kayanya laboratorium di sebelah sana meledak ", seharusnya disini sutradara ngingetin dengan memberi perintah : " more panic! more panic!! "
untungnye di menit berikutnya keliatan tuh paniknya. saya suka aktingnya sang reporter-cewe dan pergerakan kameranya juga bagus. hehe
- Ide zombie ber jilbab itu keren :) hehe saya juga suka kemunculan zombie cowo di menit 03.49, tangannya tak perlu menggapai2 tapi kehadirannya cukup mengancam ..i like this scene hehe, film ini kayanya mencoba menengahi 2 kutub per-zombie-an ( zombie jalan dan zombie lari ) dengan membuat zombienya di awal berjalan merayap, kemudian ketika semakin lama terinfeksi mereka akhirnya mampu berlari ( menit 02.37 -part 2 ) hehe bagus..baguss..
- Entah kenapa gerakan zombienya gue lihat kurang creepy dan terlalu tipikal hehe mungkin perlu eksplorasi gerakan zombie lainnya..zombie ngesot misalnya
akan lebih keren juga kalo ada zombie suster, zombie dokter dll soalnya ini yang meledak laboratorium rumah sakit kan hehe
- Tentang adegan mengenang lewat rekaman handycam itu, mungkin terinspirasi adegan 'mengenang' di Cloverfield? hehe rasanya akan lebih terasa dramatis jika rekaman yang dilihat adalah rekaman ketika mereka sedang bercanda/tertawa bahagia lalu ditimpali soundtrack yang mendukung dengan durasi yang tidak terlalu panjang untuk efisiensi. atau kita bisa masukin sedikit humor dengan membuat rekaman handycam nya bertumpang tindih dengan rekaman2 konyol.
Anyway, pengambilan gambar dan editing yang bagus gue dapetin mulai menit 05.19 ( part 1 ) --mulai menit ini konsep 'handheld camera' nya ditinggalin-- sampe 01.40 ( part 2 ),
-Setting apokaliptik-post-outbreaknya kaga ada. Mengingat minimnya budget, tentunya kita ga mungkin bikin kaya di 'I Am Legend' hehe tapi mungkin kita bisa menggeletakkan tong sampah di tengah jalan, drum minyak bekas, membalikkan gerobak bubur ayam, sepeda anak-anak, atau jika kita berhasil membuat efek asap mengepul dari ban bekas yang dibakar, kayanya itu akan lebih yahud dll.
..........................
udah segitu aja hehe selebihnya tentu aja saya seneng banget ternyata banyak harapan2 baru untuk dunia sinema kita apalagi jika itu berhubungan sama yang namanya horror dan zombie hehehe. bravo! sekali lagi review diatas bukan sok-ngritik atau sok-pinter, tp cm sekedar sharing, sebagai upaya apresiasi dan support.Salut buat semangatnya, its inspiring! tetap berkarya dan sukses selalu.
yang pengen nonton filmnya bisa di streaming atau download dari link di bawah ini :
..........................................
Yang ini juga sebuah film pendek ( 15 menit ) bergenre situational-horror-dark-comedy-zombieyang ditulis dan di sutradarai oleh Michael. J .Asquith dan Ben Stenbeck, ( setelah dtelusuri 2 orang ini pernah bekerja sebagai kru untuk divisi SFX di film : Xena, Hercules, trilogi The Lord Of The Rings, dan Bride Corps. mereka adalah alumni WETA-Workshop. ) dan ternyata film ini memenangi penghargaan 'New York City Horror Film Festival' dan 'Screamfest' ( 2005 ) untuk kategori 'Best Short Film'.
..............................
Tahun 1986, setahun setelah meledaknya zombie-apokalipsnye Romero 'Day Of The dead' ( 1985 ), wabah itu juga akhirnya melanda Selandia Baru.
semua orang menjadi zombie.
nah, Film ini berfokus pada 3 berandal yang terjebak dalam mobil mereka yang kehabisan bensin di tengah kepungan zombie2. Dengan hanya sedikit makanan dan rokok, usaha saling bertahan diri diantara mereka berubah menjadi keputus-asa an memuncak yang lebih mengancam dari pada para undead diluar sana.
semua orang menjadi zombie.
nah, Film ini berfokus pada 3 berandal yang terjebak dalam mobil mereka yang kehabisan bensin di tengah kepungan zombie2. Dengan hanya sedikit makanan dan rokok, usaha saling bertahan diri diantara mereka berubah menjadi keputus-asa an memuncak yang lebih mengancam dari pada para undead diluar sana.
..............................
gue suka film ini, hillarious, kocak, entertain dan intrigued.
Film ini emang lebih mengeksploitasi intrik-survival diantara para karakternya, sementara zombienya sendiri hanya menjadi background yang memperkuat situasi-horror.
15 menit kayanya menjadi waktu yang efisien terkemas dengan pas. padet dan ringkas. Akting 3 tokoh sentralnya memang tidak akan pernah meraih Oscar namun cukup untuk kebutuhan cerita film. sebagai film yang dibuat oleh alumni WETA, SFX zombienya emang keren ( untuk ukuran b-movie / berbudget rendah ), lihat ada zombie kaki-patah..it's cool. sementara hadirnya gore dan violence membuat gue semakin suka film ini. Untuk zombienya sendiri, Ben Stenbeck merujuk pada zombie ala Romero yang berjalan patah-patah dan tidak terlalu agresif, namun selalu siap memangsa siapapun makhluk hidup di dekatnya. ya pilihan tepat, soalnye kalo zombienya ganas bisa ngedobrak mobil, habislah dalam sekejap 3 pria ini. hehe satu hal yang gue sayangkan adalah, kenapa judulnya "zombie movie" ???
Film ini emang lebih mengeksploitasi intrik-survival diantara para karakternya, sementara zombienya sendiri hanya menjadi background yang memperkuat situasi-horror.
15 menit kayanya menjadi waktu yang efisien terkemas dengan pas. padet dan ringkas. Akting 3 tokoh sentralnya memang tidak akan pernah meraih Oscar namun cukup untuk kebutuhan cerita film. sebagai film yang dibuat oleh alumni WETA, SFX zombienya emang keren ( untuk ukuran b-movie / berbudget rendah ), lihat ada zombie kaki-patah..it's cool. sementara hadirnya gore dan violence membuat gue semakin suka film ini. Untuk zombienya sendiri, Ben Stenbeck merujuk pada zombie ala Romero yang berjalan patah-patah dan tidak terlalu agresif, namun selalu siap memangsa siapapun makhluk hidup di dekatnya. ya pilihan tepat, soalnye kalo zombienya ganas bisa ngedobrak mobil, habislah dalam sekejap 3 pria ini. hehe satu hal yang gue sayangkan adalah, kenapa judulnya "zombie movie" ???
wahtever, gue suka film ini.
dan jika kalian ga suka film ini, bersyukurlah karena ini hanya akan menyita 15 menit saja dalam hidupmu. :)
dan jika kalian ga suka film ini, bersyukurlah karena ini hanya akan menyita 15 menit saja dalam hidupmu. :)
mas blognya aku bahas di ayongeblog.com silahkan dibuka ya. maaf kalo gak ijin dulu :)
ReplyDeleteterima kasih atas apresiasinya :)
ReplyDeletespeechless..hehe