20 December 2011

THE DEAD ( 2010 )

Kalo ditanya makhluk horror impor yang punya tampilan visual paling mengerikan, barangkali gue akan dengan cepat menjawabnya : zombie. 

Zombie tuh orang mati, ( yang karena beberapa sebab menggelikan ) bisa idup lagi lengkap dengan luka-luka di tubuhnya. Bisa perutnya sobek, mata nyoplok, atau tangannya buntung. Terus dengan bodi ancur kaya gitu dia ngerayap sambil ngeluarin erangan nggak jelas, ( kemungkinannya zombie ini menggumam 'Brraainnns..", tapi kadang2 kedengeran seperti "Bryaaaann.." sebagian lagi malah " Bieberrrrr " ) nyari siapa aja yang masih idup buat dimakan otaknya. Dan lebih gawatnya, jumlah mereka tuh biasanya banyak! kalo kata Z, mereka nggak beda jauh sama hipster, sementara gue cuma nemuin sedikit persamaan mereka pada calon penumpang KRL di stasiun Depok Baru. Sama-sama berwajah kosong.

Tongkrongan kaya gitu membuat zombie selama bertahun2 berhasil memuncaki klasemen liga horror versi pribadi meninggalkan jauh pesaing2nya yg tidak konsisten karena mungkin salah strategi apa pelatihnya yang emang buruk. Nasib paling buruk menimpa Vampire yang kini sudah ter degradasi ke divisi dua saking keterlaluan tampan ( dan sixpack! ) nya.

Nah, selama ini gue lebih mengenal zombie ini sebagai mayat2 orang Eropa/Amerika ( sebagian kecil Asia ) yang bangkit kembali dan berjalan gontai menyusuri jalanan kota megapolitan mereka yang porak-poranda.

Akan sangat menarik, kalo seseorang nyoba mindahin kisah tentang zombie2 ini kesebuah benua dimana semua penderitaan dan horror-dunia sepertinya emang bermula dari sana : Afrika.

Storyline : 


Diceritain Letnan Brian Murphy ( Rob Freeman ) terdampar di sebuah pantai, setelah pesawat-evakuasi yang ditumpanginya jatuh ke laut. Belum sempat Brian mengatur nafas, dia ngeliat sosok-sosok gontai perlahan mendekatinya. Itu Zombie! 

Yah, ditengah perang ( antara Afrika dan Amerika ) yang sedang terjadi, Afrika tiba-tiba dilanda wabah zombie dengan penyebab yang nggak diceritain. Nyaris 70% penduduk Afrika udah jadi zombie, 20% lainnya pasti udah tewas, praktis yang kesisa tinggal militer2 ama siapa aja yang masih megang shotgun apa golok buat mempertahankan diri. Letnan Brian menjadi salah satu dari persentasi kecil itu.

Sekarang, dari pantai dimana dia terdampar, Letnan Brian sadar harus terus menjaga kemungkinan hidupnya dengan menerobos desa-desa yang sudah dikuasai zombie, lalu menempuh jarak puluhan kilometer, buat menuju suatu tempat di mana dia yakin harapan untuk bisa segera keluar dari benua terkutuk itu masih ada.

Review :

ternyata ada pocong-zombie di Afrika
  
Gue akan memulai review dengan ngebahas sedikit perdebatan paling penting didunia setelah debat " kenapa Mr.Krabb yang kepiting bisa mempunyai puteri seekor ikan paus? " yaitu tentang " Slow Zombie vs Fast Zombie ".

Di satu kubu ada penyembah George Romero yang mengklaim bahwa zombie itu sejatinya berjalan lambat. Mereka menilai zombie-cepat itu bagaikan poser yang udah mengkhianati konsep atmosperik-apokaliptik dalam pilem zombie 60-70 an pujaan mereka menjadi sekedar pilem horror-aksi belaka.
Sementara kubu 'Running Zombie' menginterupsi ide itu dengan berpendapat zombie lambat bener-bener membosankan. Sama sekali tidak mengancam, konyol, lemah dan sangat mudah dibunuh. Mereka lalu menambahkan bahwa zombie-cepat lebih berhasil dalam membuat sebuah pilem mendapat gelar " seru, menegangkan dan penuh aksi ".

Dari sini kita bisa ngeliat running-zombie fan kemungkinan adalah penonton2 zombie generasi 2000-an keatas yang menemukan kenyataan bahwa 'Dawn of The Dead' versi Zack Snyder dan '28 Days Later ' nya Danny Boyle adalah 2 pilem zombie terbaik di dunia. Seperti itulah harusnya sosok zombie-ideal. cepat, bengis, brutal, dan kuat. Bisa dimaklumi ketika kemudian mereka ngubek2 judul lain demi mendapatkan pilem yang similiar, akhirnya malah menggerutu ketika yang didapatinya hanya sosok monster menyedihkan yang bahkan nenek-nenek hamil pun masih bisa menyelamatkan diri darinya.

Seperti zombie yang ada dalam pilem ini.

Beneran prends, zombie2 dalam pelem ini bergerak dengan kecepatan hanya 20cm/detik dan baru menyerang ketika dia udah berjarak 50 cm dari target. Itu satu hal yang jarang kejadian, soalnya dalam jarak 2 meter, protagonis kita sih biasanya udah mecahin batok kepala zombie-zombie ini pake pistol. Dan di sela-sela nunggu zombie lainnya mendekat, kalo mau protagonis kita sebenernya masih punya banyak waktu buat nge-tweet dulu.

jadi, dengan villain yang sama sekali nggak mengancam kaya gitu, ini akan jadi pilem zombie konyol-membosankan gitu?


Untungnya gue bukan hardline-fan dari zombie-cepat, bukan pula puritan fanatik slow-zombie. Lebih tepatnya gue adalah openminded-liberal lintas zombie fan. Maksud gue, kagak peduli zombie nya cepet apa lambat, kalo pilemnya ternyata jelek gue bakalan bilang kalo itu jelek, dan sebaliknya kalo pilemnya bagus ya gue bilang bagus. Itu juga artinya, gue kaga peduli kenapa Mr.Krabb punya puteri seekor paus.

Kenyataanya, walau zombie disini emang nggak pernah berpotensi untuk membuat 'The Dead' menjadi seru dan penuh aksi ( yang artinya : membosankan ) , tapi kelambatannya justru ngasih sesuatu yang nggak gue dapetin pas ngeliat zombie di 'zombieland'. Sesuatu yang udah lama banget nggak gue rasain semenjak terakhir..mm.. kapan ya.. remake 'Night of the Living Dead' nya Tom Savini? yaitu : aura atmosperik-creepy-apokaliptik.

Bayangin adegan mayat-mayat yg berjalan gontai dengan latar belakang lanskap Afrika yang eksotis. Mayat-mayat berjalan ini ada dimana-mana. Di pantai, ladang jagung, perkampungan, padang rumput, gurun, bukit, atau hutan. Dan Afrika punya banyak SDM untuk membuat sosok zombie keliatan lebih serem. Anjir, gue bukannya rasis tapi zombie kulit item 2 kali lebih creepy dari zombie Eropa :D



Sutradara Ford Brothers nyoba ngembaliin zombie gaya-lama yang udah dipatenkan Romero dan mindahin settingnya ke Afrika. 

Sama seperti Romero, Dia juga nggak ngasih eksplansi tentang apa penyebab dari wabah ini. Aslinya, gue juga nggak terlalu peduli sih segala macam eksplanasi penyebab wabah-zombie yang pastinya akan menggelikan hehe. Film2 zombie 60-70 an emang kebanyakan ngejadiin zombie hanya sebagai 'latar-belakang' dan lebih suka ber fokus pada eksplorasi-karakter, drama sambil sesekali ngasih sedikit komentar sosial di sana-sini. Style itu yang diadopsi Ford Brothers dalam 'The Dead'. Dia nggak pernah menempatkan zombie disini sebagai ancaman utama, lebih berfokus pada karakter, ngebangun drama, ama ada beberapa dialog atau adegan disini yang gue asumsiin sebagai komentar/kritik untuk beberapa isu sosial, walaupun secara cepat orang mungkin hanya akan nginget ini sebagai pelem dimana 'orang kulit putih selama nyaris 2 jam secara konstan ngeledakin kepala orang kulit item pake pestol'

'The Dead' tuh lebih mirip drama road-movie rasa 'Diary of The dead' ( mengingat protagonis kita yang berpindah dari satu tempat ketempat lain, ketimbang terjebak di sebuah ruangan sempit ).  Kita hanya akan diajak buat ngikutin perjalanan survival Letnan Brian di benua yang sedang terkena wabah-zombie menuju sebuah tempat bernama 'harapan'. Semacem 'The Road' dengan banyak zombie, gore ama darah. jadi, gue pikir ini akan lebih pas kalo dia diberi judul 'The Road of the Dead'.  Lagipula, bukankah 'The Dead' kedengeran kaya salah satu judul pelem paling nggak kreatif di dunia?



Sayangnya cukup banyak part yang seharusnya mampu menciptakan tensi justru berakhir dengan cara yang mengecewakan. Di bagian ini, Ford Bro's gue pikir kurang mampu mengeksplorasi semua potensi dalam pelemnya dan malah terjebak pada sesuatu yang repetitive dan klise. contohnya, Berapa kali sih kita ngeliat adegan 'dilema' dalam pelem zombie.? Kamu tau kan apa yan gue maksud dengan adegan 'dilema'? Gue pikir scene ini sudah saatnya dihapus dari pelem zombie.

Sinematografinya sendiri bisa gue bilang bagus, di shot hanya dengan kamera 35mm, namun beberapa frame dramatis berhasil di capture. kamu bisa liat itu di opening-scene nya. Sementara, akting protagonis kita ( Rob Freeman ) sangat datar, monoton dan tidak istimewa, tapi kita seharusnya memang tidak berharap apa-apa soal skill-akting pada sebuah pelem zombie low-budget kaya gini.


Dan kalo ada hal paling mengesankan dari 'The Dead' selain atmosperik-creepy nya yang mengingatkan gue pada pelem zombie jadul, tentu itu adalah divisi gore-efek nya. Ada cukup banyak gore disini. Ya, setiap kali Letnan Brian berenti dari perjalanannya, setiap kali itu pula zombie-zombie bakal bermunculan..dan setiap kali itu pula dia bakal ngasih headshot. blown! Terdengar repetitif emang, tapi seenggaknya salah satu alesan gue nonton pelem zombie ( yaitu ngeliat orang nembakin kepala zombie ) cukup terpenuhi. Dan surprisenya dia hadir dengan efek yang lumayan bagus untuk ukuran low-budget. no-CGI tentu saja. Bahkan, selain headshot dia juga punya satu adegan yang berpotensi buat menjadi salah satu dari list 'most awesome exploding-head movie scene'. Cek aja hehe.

Oke, verdictnya 

"The Dead" sama sekali nggak punya aksi seru kaya yang udah pernah gue liat di 'The Horde', nggak ada hal konyol buat diketawain ( this movie is deadly serious! ), nggak ada boobs buat cuci mata ( bahkan nggak ada cewe didalemnya ), tapi dibalik itu dia mungkin bisa ngasih nafas segar buat audiens yang sedang jenuh dengan gelombang zombie-action/ zombie-komedi akhir-akhir ini, punya setting/lanskap yang menarik, dan sedikit ngingetin gue pada era kebangkitan zombie beberapa puluh tahun silam ketika dia belum bisa berlari, melompat, menyelam, memanjat, salto, parkour, kayang atau terbang.

Sekarang kendali ada ditangan kalian untuk memutuskan apakah mau nonton ini atau ngehapus judulnya dari daftar planning download bulan ini.

RATING:



Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic

6 comments:

  1. Ini pelm sebenernye berpotensi. Sumpah, itu make up zombie-nye buat gue sih keren. Tapi opini gue kurang lebih kayak lo lah, bro. Kelewat serius, tapi malah jadi ngebosenin dengan zombie-nye yang serba slow. Bahkan di depan mata itu sama sekali gak nakutin, tinggal dilewatin doang.

    ReplyDelete
  2. @noob : haha iya, bahkan tanpa make-up zombie Afrika juga udah serem. cuman sayang beberapa cast zombie gue liat tersenyum. sadar lagi maen pelem kayanya sih haha.

    ReplyDelete
  3. Nice review gan. Wah...gw baru mo nonton nih pelem ntar malem, ternyata nggak salah pilihan gw, mudah2an nggak jelek2 banget pelemnya. Tadi malem baru nonton contagion, pelemnya serius abieeesss....

    ReplyDelete
  4. udah nonton tpi setengah...ga tau....setengah lagi soalnya pas buka mata,udah credit tittle....
    too bored...

    ReplyDelete
  5. @firman : jangan terlalu berekspektasi bos hehe
    @d : udah gue duga bakal banyak yg bilang ini boring, terutama buat penggemar toni braxton hehe

    ReplyDelete