20 October 2014

Repulsion ( 1965 )


Repulsion merupakan instalasi pertama dari trilogi apartemen Polanski yang terkenal ( Rosemary's Baby -1968- dan The Tenant -1976- ) yang mana ketiganya sama-sama mengambil  setting sebagian besar berada di dalam gedung apartemen.

Repulsion diawali dengan bola mata dan diakhiri dengan bola mata. Ini menarik, ada apa dengan mata? hmm..mungkin Polanski ingin mengatakan filmnya adalah tentang apa yang penonton lihat dan apa yang karakter dalam filmnya lihat. Atau jika benar pepatah yang mengatakan 'mata adalah jendela jiwa', Polanski mungkin hendak mengajak penonton melihat kondisi ruang kejiwaan karakternya lewat jendela mata nya.

Pemilik mata itu bernama Carol's Ledoux ( Catherine Deneuve's ). Seorang wanita Belgia yang bekerja sebagai manicurist di sebuah salon kecantikan di London. Dari awal kita sudah menduga ada yang tidak beres dengan Carol. Dia sering terlihat melamun, jarang menampakkan emosi tertentu, kikuk dan sangat pendiam. Carol tinggal dengan kakaknya, Helene (Yvonne Furneaux) di sebuah apartemen kontrakan. Keduanya pun digambarkan sangat bertolak belakang, baik dari sikap dan cara berpakaian. Helene sangat atraktif, percaya diri, mandiri,  dan 'outgoing' sementara Carol terlihat rapuh, tertekan dan hanya ingin menyendiri. Dia benar-benar 'out of place'. Bahkan ketika dibandingkan dengan kakaknya sendiri, Carol terlihat seperti makhluk asing.


Suatu hari, Helene memutuskan untuk berlibur ke luar negeri bersama pacarnya dan meninggalkan Carol sendirian di apartemen. Inilah yang menjadi titik awal dari kolapsnya kondisi kejiwaan Carol. Sang kakak yang selama ini menjadi tameng terakhir yang mampu menjaga Carol dari ketidakwarasan, kini pergi. Kehilangan tamengnya, ditinggal sendirian di dalam apartemen, teralienasi dari dunia, Carol yang awalnya hanya terlihat seperti pelamun, mulai secara perlahan terdegradasi kedalam sebuah kondisi psychosis yang berbahaya.

Di hari berikutnya, Carol mulai mengalami kegilaan, dan Polanski dengan brillian mampu mengarahkan kameramen untuk menangkap proses kegilaan itu agar bisa dirasakan audiens.

Sinematografinya kerap mengambil pendekatan 'voyeuristik'. Pada beberapa shots nya, Carol ditunjukkan berbaring di ranjang, sementara penonton seakan melihatnya dari semacam 'lubang tikus'. Kamera kemudian meluncur ke arahnya dengan cepat lalu berhenti tepat di depan wajah Carol dalam posisi tidak nyaman. Gue mengartikan gerak kamera itu sebagai satu usaha Polanski untuk nunjukin gimana persepsi pikiran Carol  menjadi tak rasional, tembok ruangan dirasakan Carol semakin mendekat, menteror dan menginvasi ruang personalnya.

Yah, sangat menarik ngeliat gimana Polanski mampu memanfaatkan ruang dan gerak kamera untuk nunjukin gimana proses kegilaan alam pikiran  itu berlangsung dan menciptakan tensi dari sana. 

Dalam Repulsion, ruang apartemen diperlakukan bukan hanya menjadi sekedar setting film, tapi secara tak disadari mampu berperan sebagai karakter penting. Seiring kondisi psikologis Carol, apartemen itu pun ikut memainkan perannya. Pada sebuah adegan, tembok tembok terlihat retak dan membentuk mulut bergigi tajam yang siap menelannya, ruang ruang pun terasa menyusut untuk menghimpitnya, di adegan lain Carol merasa ada tangan-tangan yang keluar dari tembok lorong untuk meraihnya. Ruang apartemen dirasakan Carol menjadi hidup untuk menambah kegilaannya, tapi meski demikian, apartemen itu pulalah yang dianggap menjadi satu-satunya tempat dimana Carol ngerasa aman. Petunjuknya ada dalam satu adegan dimana diperlihatkan Carol membuat barikade di pintu untuk menghalangi orang lain masuk. Dia seperti sedang membangun  pertahanan dari ancaman dunia luar yang dia pikir jauh lebih mengerikan? 

Ya, dunia kacau yang di dominasi oleh laki-laki.

Jika diperhatikan,figur lelaki dalam film ini memang secara tidak langsung banyak memberi pengaruh dalam kondisi kejiwaan Carol. Kita cek saja, Carol sering mengalami mimpi buruk dimana dia diperkosa oleh seorang pria. Lalu, Michael ( pacar Helene ), sering terdengar sedang bercinta dengan kakaknya, hal ini membuat Carol semakin muak dengan lelaki. Memang, ada seorang pria baik bernama Colin yang jatuh hati padanya, namun ketika Colin memaksa mencium bibirnya, Carol pun berubah membencinya.  Di tempat kerja, salah satu teman kerjanya bercerita bahwa dia baru saja di campakkan lelaki. Lalu ada adegan di bar di mana teman-teman Colin memandang perempuan hanya sebagai joke belaka. Juga ada adegan yang memperlihatkan segerombol pria yang menggodanya ketika sedang berjalan di luar.  Sementara itu, ada pula pria gaek pemilik apartemen yang berusaha memperkosanya, dan satu lagi, salon kecantikan tempat kerja Carol, bukankah tempat itu dibuat untuk membuat perempuan terlihat lezat dimata lelaki?


Semua faktor diatas turut mempengaruhi ketakutan Carol akan dunia luar ( terutama lelaki ) yang gue duga pencetusnya adalah sebuah pengalaman traumatis di masa kecil ( ini debatable dan hanya dugaan gue semata, karena petunjuk dari kemungkinan ini hanya berasal dari sebuah foto keluarga masa kecil yang ditunjukin di akhir film )

Fyi, ini bukan pertama kali gue nonton film yang memiliki plot 'karakter yang perlahan-lahan menjadi gila'. Ada beberapa judul lain disana. Dari yang paling fenomenal, 'The Shining', yang paling kancrut The 'Amityville Horror', sampe yang terbaru 'Honeymoon'. Tapi, kegilaan karakter dalam film-film tersebut selalu diceritakan berasal dari pengaruh luar ( eksternal ). Sebut saja karena pengaruh supranatural, sekte sesat, kemiskinan atau alien dll. Repulsion menjadi menarik, karena kegilaan karakternya bersumber dari dalam dirinya sendiri ( internal ).

Polanski tidak memerlukan hantu, pembunuh, alien, monster dll untuk menciptakan tensi dan horror. Hanya ada Carol, alam pikirannya serta ruang-ruang apartemen
Dan oh, ya satu lagi. Efek suara! Polanski memilih menggunakan soundtrack suara2 yang mengganggu, atau repetitive-noises ( detak jarum jam, bel berdentang, tetes air atau degup jantung ) pada momen2  tertentu. Ini gue pikir sangat efektif untuk membangun suasana unsettling yang tidak nyaman.

Overall, Repulsion mungkin berada dalam genre yang sama dengan  Alfred Hitchcock’s 'Psycho' ( 1960 ) , sebuah thriller-psikologi. Hanya saja film ini memilih untuk mengambil pendekatan ( juga style ) yang berbeda. Dalam Psycho, kita baru tahu Norman Bates adalah seorang psikopat di akhir cerita, di film ini kita sudah sejak awal diajak masuk ke dalam alam pikiran seseorang dengan masalah kejiwaan dan diseret untuk menyaksikan secara langsung tahap-tahap paranoid-delusional mengerikan sampai akhirnya dia mengalami kegilaan total. 


Tak diragukan lagi, Repulsion adalah salah satu yang terbaik di genre spesifiknya.

Hmmm..Meski demikian, ini jelas bukan sebuah film hiburan. Tone nya muram dan pacenya terlalu lambat dengan banyak memakai long-shot yang melelahkan. Dan nyaris sepanjang durasi, sebenernya jarang terjadi hal-hal menarik, ini bisa dipastikan akan membuat Ming tertidur pulas dan gue yakin Zombem lebih milih nonton sinetron di televisi hehe.

RATING:

5 comments:

  1. bang, kalo mau ikutan nyumbang tulisan diblog ini boleh? maaf klo trang2an, namanya juga sekarepedewek hweehehhe

    ReplyDelete
  2. Boleehh..asal pastiijn aja genrenya horror atau subgenrenya seperti thriller, crime, mistery, fantasy..boleh film jadul apa film baru, boleh film yang 'jelek', boleh juga film yang beneran jelek..sekarep dewek lah....hehe

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. saya sudah bikin 3 review film yang tidak ada dilist blog ini, karena masih belajar jadi masih sangat berantakan hahhaha
    kalau saya rasa cukup "pantas" akan saya kirim, yang jadi pertanyaan, musti saya kirim kemana bang??

    ReplyDelete
  5. @hendra : wah siipp...blog ini menerima review berantakan dan 'nggak pantes' hehe kirimnya ke titikterang56@yahoo.com atau erwinand56@gmail.com thanks bos :)

    ReplyDelete