Bales Dendam. Tema ini nggak pernah abis ( dan basi ) buat diangkat ke layar lebar. Dan sebenernya, kalo ngomongin film bertema bales dendam, ingetan gue akan langsung tertuju ke revenge-movies produksi Korea Selatan. Bukan apa-apa, soalnya kalo misalnya suatu saat gue mesti ngelist 10 pilem thriller crime revenge terbaik, separuh lebih isinya akan diisi oleh film-film produksi orang2 sakit dari negeri itu. Mungkin gue akan bikin listnya suatu hari nanti, tapi untuk kali ini, gue pengen cerita dulu tentang yang satu ini.
7 Days tuh film kecil bertema bales dendam produksi Kanada garapan sutradara asal Perancis, Daniel Grou ( film ini berbahasa Perancis dan diisi aktor/aktris asal perancis, meski sutingnya mengambil tempat di Kanada ). Screenplaynya ditulis oleh Patrick Senécal, berdasarkan novel karyanya sendiri 'Les sept jours du talion'.
Jadi plotnya simpel aja
Bruno Hamel (Claude Legault) tuh seorang dokter bedah yang punya kehidupan baik-baik aja, dengan istri dan seorang puteri berusia 8 tahun yang cantik. Kehidupannya berubah drastis ketika pada suatu hari puterinya ditemukan tewas. Seorang pedofil-maniak telah membunuh dan memperkosanya. Diceritain, polisi nggak butuh waktu lama buat ngeringkus sang tersangka utama, Anthony Lemaire (Martin Dubreuil).
Bayangin, puteri lu dibunuh dan diperkosa, terus ngeliat pelakunya tersenyum ditelevisi.
Jadi, Dr.Hamel, dengan rencana yang cukup rapih, memutuskan untuk menculik Anthony dari mobil tahanan untuk kemudian menyekapnya didalam sebuah kabin terpencil. Dia akan membuat si pelaku membayar lunas perbuatannya dengan 7 hari penyiksaan pedih dan baru akan membunuhnya di hari ke 7. Itu hari dimana puterinya seharusnya berulang tahun. 7 hari penuh penderitaan yang akan dialami si pelaku mungkin akan membuat kepiluannya sedikit terobati. Tapi, benarkah demikian?
Satu hal yang membuat gue cukup suka nonton pilem bertema bales dendam barangkali adalah karena gue suka ngeliat orang jahat menerima balesannya. Semakin menyebalkan dan jahat antagonisnya, semakin nikmatlah gue ngeliat ketika hari penebusan itu akhirnya datang. Itulah kenapa dulu gue selalu bertepuk tangan dengan antusias kala Dharmendra akhirnya matahin kaki Amrish Puri atau ngelemparin Amjad Khan sekuat tenaga ke jurang. Gue juga akan bersorak girang kalo suatu saat seseorang akhirnya membuat sekuel dari Eden Lake ( 2008 ), terus terang jiwa gue belum tenang selama anak-anak bedebah itu belum mendapat balasannya, jadi akan menyenangkan kalo disekuelnya nanti mereka harus berhadapan dengan psikopat hehe. Meski demikian, harus gue akuin sekali lagi, kalo orang2 Korea Selatan lah yang paling piawai dalam menyusun plot bales dendam sempurna buat mastiin itu berlangsung semenyakitkan mungkin.
Balik ke review, dalam film ini, sang tersangka utama pelaku pembunuhan, Anthony sudah diculik oleh Dr.Hamel di menit ke 25, bahkan ketika gue masih bertanya-tanya dan belum cukup alesan untuk membencinya. Jadi, gue menduga sisa durasi filmnya hanya akan berisi penyiksaan. Lalu, apakah ini akan menjadi sebuah cheap torture-porn semacam Hostel atau Saw?
Untungnya, tidak. Selain karena torture-porn adalah sebuah genre yang selalu susah buat gue nikmatin ( gue lebih milih porn nya aja ), juga bukankah kita udah ngeliat yang kaya gituan di 2 film yang gue sebutin tadi?
Alih alih menjadi sebuah torture-porn, Daniel Grou rupanya lebih memilih mengarahkan 7 Days untuk menjadi sebuah thriller-psikologi dengan sentuhan filosofis tentang kehidupan, kematian, serta isu yang sebenernya udah bolak-balik di angkat dalam film-film bertema serupa.
'Is Revenge the only true Justice?'
Kalian bisa nemuin Dr.Hamel menjawab langsung pertanyaan itu dalam film ini, tapi bahkan jawabannya akan membuat kalian semakin termenung.
Ya, berbeda jauh ama bapak-bapak sinting lainnya di film 'Big Bad Wolves' ( 2013 ) yang masih bisa bikin lelucon sambil ngelas dada pembunuh cucunya, Dr.Hamel keliatan nggak menikmati aksinya. Jadi, abis ngancurin lutut si pelaku pake palu gede, dia cuma duduk-duduk ngedengerin jeritan 'tahanan' nya, abis itu keluar kabin buat ngerokok sambil ngerenungin seuatu. Grou gue pikir emang lebih seneng mengeksplorasi emosi yang terjadi pada 2 karakter utamanya daripada nunjukin banyak graphic violence eksplisit sebagai sajian utama.
Kita akan dibawa ikut roller-coaster emosi dari mulai ngedukung apa yang dilakukan Dr.Hamel terhadap sipelaku pembunuhan, lalu kemudian tertegun, mual, dan mulai berfikir bahwa apa yang dilakukannya sudah kelewat batas, lalu kemudian kembali dibuat geram. Gue kasi tau aja, penyiksaannya emang nggak di sajikan terus menerus kaya yang kita liat 'The Human Centipede 2', tapi diselang seling ama cerita pelacakan polisi buat nemuin lokasi Dr.Hamel menyekap Anthony.
Tapi, sekalinya penyiksaan itu ditunjukin, percayalah itu akan membuat kamu meringis.
Terutama pada sebuah metode penyiksaan yang bisa jadi adalah salah satu yang paling nggak terpikirkan, mengerikan ( juga menjijikkan ) di sebuah adegan film.
Abis adegan diatas kita akan ngeliat Dr.Hamel perlahan-lahan ngebedah perut Anthony dan ngeluarin ususnya. Adegan ini aja sangat mengerikan ( karena dishot dengan perlahan dan close-up ) dan juga getir, ketika kita melihat Anthony yang lumpuh namun sepenuhnya sadar mulai meneteskan air mata kengerian. Tapi, apa yang sebenernya Dr.Hamel lakukan pada perut Anthony? Diadegan selanjutnya kita akan tau ketika Anthony ngeluarin tinja dari lubang di perutnya. Whattafuck?! rupanya Dr. Hamel baru aja membuat lubang diperut Anthony dan memaksa dia ngeluarin kotorannya ( berak ) dari situ?! sakit! Gue nggak tahu apakah yang kaya gituan emang bisa dilakukan? tapi, kalo nginget Dr.Hamel yang ahli bedah, yaudah gue percaya aja. Asli, adegan ini bikin lubang pantat gue nyut-nyut an.
Martin Dubreuil yang berperan sebagai Anthony, menurut gue berakting meyakinkan. Dia berhasil memainkan bermacam variasi emosi dari mulai ketakutan, kesakitan, memohon, sampe putus asa yang ngebuat gue ikut ngerasain penderitaannya. Lalu ada satu titik dimana dia kemudian berbalik mengejek, menantang, melawan serta menyerang Dr.Hamel dalam bentuk provokasi emosi dan psikis. Inget kan adegan Choi Min Sik memprovokasi Lee Byung Hun dalam I Saw The Devil ( 2010 ) ketika nyawanya udah diujung tanduk? nah, seperti itulah.
Claude Legault juga tampil bagus sebagai Dr. Hamel, kamu bisa ngelihat kepedihan, kehampaan, sekaligus kemarahan di raut wajahnya. Sementara itu, keputusan Grou buat nggak ngasih suara latar ( musik ) apapun sepanjang film ini ( termasuk di kredit titel ) membuat film ini terasa sunyi, depresif namun sekaligus menciptakan atmosfer yang lebih mencekam.
Secara keseluruhan,
Jika kamu ngarepin sebuah film horror dengan banyak adegan penyiksaan eksplisit sebagai sajian utamanya, ini jelas bukan judul yang tepat. Meski disana ada beberapa adegan yang cukup graphics, 7 Days lebih bermain di level psikologi dan emosional. Ini juga bukan jenis film hiburan dan mungkin hanya cukup ditonton sekali saja.
Tapi, jika kamu lagi nyari sebuah alternative doom-slow paced-depressive-psycho thriller dengan tone realistik yang memiliki beberapa elemen filosofikal didalamnya, buruan sob, filmnya ada di Torrent, segera download hehe.
Trailer
RATING:
asikk update euyyy
ReplyDeletehehe ini lagi nulis satu lagi Dan..
ReplyDelete