REVIEWED BY 'R'.
Story :
Sebuah tim produksi film, sedang berada di daerah Bantul Yogyakarta dalam rangka persiapan shooting film. Sutradara dan Asisten Sutradara didampingi Manager Produksi dan 2 artis utama melakukan reece, sedangkan tim behind the scene mendokumentasikan persiapan produksi ini. Mereka membawa style kota besar, memasuki daerah yang masih dianggap tabu dan keramat. Tak lama berselang, kejadian demi kejadian aneh mereka alami, sampai dimana calon pemeran utama wanita dirasuki roh halus. Dengan bantuan seorang paranormal, mereka mencoba mengusir roh halus itu, namun gagalMelalui paranormal, mereka mengetahui alam mistis di sekitar mereka sedang berkecamuk. Kehadiran mereka justru memperburuk keadaan. Hingga puncaknya pemeran utama wanita yang kerasukan roh halus itu menghilang.
Apakah yang terjadi selanjutnya? Sebenarnya misteri apa yang terjadi?
Review :
Well akhir-akhir ini susah rasanya nonton film Indonesia tanpa ekspektasi yang rendah. Apalagi setelah serbuan film2 horror dengan judul nggak masuk akal yang melecehkan akal sehat itu.
Sepanjang ingetan gue, film horror lokal era 2000-an yang gue tonton sampe abis cuman 'Kala', 'Pintu Terlarang' dan yang terakhir 'Rumah Dara'. Film yang lain cuma gue tonton ga serius, cuma buat di ketawain :D jeleknya amit-amit!, bahkan film horror-laris kaya : 'Jelangkung', 'Kuntilanak', apa 'Pocong' kaga ada yang mampu bikin 'sentimen-negatif' gue tentang film horror-lokal memudar.
Pas nyewa film ini di rental, gue udah bersiap-siap bikin review kaya 'Psikopat', namun rasanya instant-judgement gue --yang biasanya bener-- kali ini sedikit meleset. karena ternyata setelah ditonton, filmnya 'nggak kancrut-kancrut amat'. hehe
Oke, kita langsung ke review.
Sepanjang ingetan gue, film horror lokal era 2000-an yang gue tonton sampe abis cuman 'Kala', 'Pintu Terlarang' dan yang terakhir 'Rumah Dara'. Film yang lain cuma gue tonton ga serius, cuma buat di ketawain :D jeleknya amit-amit!, bahkan film horror-laris kaya : 'Jelangkung', 'Kuntilanak', apa 'Pocong' kaga ada yang mampu bikin 'sentimen-negatif' gue tentang film horror-lokal memudar.
Pas nyewa film ini di rental, gue udah bersiap-siap bikin review kaya 'Psikopat', namun rasanya instant-judgement gue --yang biasanya bener-- kali ini sedikit meleset. karena ternyata setelah ditonton, filmnya 'nggak kancrut-kancrut amat'. hehe
Oke, kita langsung ke review.
'Keramat' bisa dicatat sebagai film yang pertama kali menggunakan konsep 'handheld-camera' di Indonesia. Konsep yang sama bakalan diikuti ama film 'Te[Rekam]' yang bentar lagi rilis.
Sekedar info aja, --garis besarnya--, konsep handheld-camera adalah sebuah konsep penceritaan film yang ditampilkan dari sudut pandang kamera yang di pegang seorang subyek-nya. Dari konsep ini, yang ditawarkan pembuatnya adalah kesan 'realistis' yang cenderung kasar / apa adanya karena kamera yang nggak stabil, fokus yang berantakan dll. Nah, setelah itu, harapan pembuanya tentu dapat mengajak penonton ikut merasakan dan terlibat secara emosi atas apa yang tampil di layar.
Sekedar info aja, --garis besarnya--, konsep handheld-camera adalah sebuah konsep penceritaan film yang ditampilkan dari sudut pandang kamera yang di pegang seorang subyek-nya. Dari konsep ini, yang ditawarkan pembuatnya adalah kesan 'realistis' yang cenderung kasar / apa adanya karena kamera yang nggak stabil, fokus yang berantakan dll. Nah, setelah itu, harapan pembuanya tentu dapat mengajak penonton ikut merasakan dan terlibat secara emosi atas apa yang tampil di layar.
Kalo diluar sono mah konsep ini udah nggak asing, Diantara film-film luar negeri yang memakai konsep handheld-camera adalah : Blair Witch Project, Open Water, Diary of The dead, Rec, Cloverfield, Quarantine, District 9, ama Paranormal Activity..dan mungkin kamu bisa nerusin listnya. Jadi, buat kamu yang nggak bisa menikmati film-film yang gue sebutin barusan, kayanya mesti jauh-jauh dari film ini.
premisenya sederhana : Orang2 kota yang diceritain disini ( kru film ) dinilai oleh entitas alam halus di lokasi suting yang disakralkan, sebagai manusia2 penuh nafsu dan ambisi, dan akhirnya dicetusin oleh sikap mereka yang terkesan meremehkan ke-sakral-an , makhluk dari dunia lain ini --yang diwakilkan oleh arwah Nyi PramodhaWardhani-- menjadi murka dan memutuskan memberi pelajaran buat mereka.
Tema ini sama ama film pendeknya Riri Riza, 'Titisan Naya' di Antologi 'Takut : Faces Of Fear.' Hanya bedanya Keramat' dieksekusi dengan konsep 'Cloverfield' yang settingnya di pindahin ke dalam hutan Candi Boko, dan monster raksasanye di replace ama makhluk-makhluk mistis khas Indonesia.
To the point, Film ini menarik di menit-menit awal, namun boring dan ngedrop dipertengahan sampe menit2 akhir ,
namun untungnya, itu dibayar ama beberapa scene-nya yang berhasil bikin gue meringis dan terkesan. Oke, gue ngaku deeh..adegan pocong melompat-lompat --di depan handycam yang terjatuh-- kemudian 'doi' berdiri didepannya selama beberapa detik, udah berhasil ngasih gue sensasi yang sama ama apa yang gue rasain ketika ngelihat ' hantu mengetuk2 jendela' dalam 'Pengabdi Setan'. Jelas, itu sensasi yang sama sekali nggak gue dapetin dari 'Paranormal Activity'. hoho, aneh, biasanya gue kebal ama segala jenis pocong hahaha
Semua cast juga gue pikir berakting 'cukup untuk kebutuhan film'. Bahkan debutan 'Migi Parahita' juga bermain nggak mengecewakan. Nggak bakalan menangin piala Citra emang, tapi gue bilang cukup. itu aja. Sedikit 'fun stuff', konon pembuatan film ini dikerjakan tanpa memakai script. jadi 15 menit sebelum take sang sutradara hanya memberi arahan adegan yang akan diambil, --sementara urusan dialog dan apa yang dilakukan pemaennya--diserahin pada improvisasi masing-masing. Di beberapa scene, trik ini berhasil ngasih nuansa realitas yang bagus, discene lainnya cuma menghasilkan usaha 'dramatisasi / aksi-sadar-film' nan lebay dan gerakan2 nggak penting yang garing.
Satu pujian lagi gue kasih buat Monty atas keputusannya nggak masukin tokoh gembrot atau banci yang biasanya kehadirannya malah mengganggu di film-film ginian, walaupun teriakan/jeritan karakter2 dalam film ini --yang menggantikan absennya illustrasi musik di sepanjang film -- ternyata sama annoying nya hahaha asli, nih gue nyetel film dengan volume dikecilin dan tetep aja annoying.
Kritik terbesar film ini jatuh pada desain kover/poster yang buruk, sungguh membuat siapapun berfikir "Keramat' adalah film sekelas 'Genderuwo'. Desainnya bahkan sama sekali nggak berhasil ngasih tau gue kalo ini adalah film dengan konsep ' Handheld-Camera' yang raw. Tapi, okelah emang masih mending gitu sih daripada poster nipu film2nya Nayato yang sok stylish/keren, tapi filmnya kancrut haha
terus, desain opening ama closing title sama aja jeleknya ama kover, hehe malahan pas ngeliat desain opening/closingnya gue keingetan ama desain opening/closing video-penganten yang biasa gue kerjain dulu :D
Hal menyebalkan lainnya, Monty Tiwa juga keliatan berusaha membuat filmnya 'berisi' dengan memberi 'ceramah' isu keseimbangan antara manusia dan alam. dan blunder fatalnye, pesan moral yang menggelikan ini disampaikan dengan cukup eksplist dan terkesan menggurui. Pesan moral bukan hal yang pengen gue cari di sinema-horror, boss...Fail!
Tema ini sama ama film pendeknya Riri Riza, 'Titisan Naya' di Antologi 'Takut : Faces Of Fear.' Hanya bedanya Keramat' dieksekusi dengan konsep 'Cloverfield' yang settingnya di pindahin ke dalam hutan Candi Boko, dan monster raksasanye di replace ama makhluk-makhluk mistis khas Indonesia.
To the point, Film ini menarik di menit-menit awal, namun boring dan ngedrop dipertengahan sampe menit2 akhir ,
namun untungnya, itu dibayar ama beberapa scene-nya yang berhasil bikin gue meringis dan terkesan. Oke, gue ngaku deeh..adegan pocong melompat-lompat --di depan handycam yang terjatuh-- kemudian 'doi' berdiri didepannya selama beberapa detik, udah berhasil ngasih gue sensasi yang sama ama apa yang gue rasain ketika ngelihat ' hantu mengetuk2 jendela' dalam 'Pengabdi Setan'. Jelas, itu sensasi yang sama sekali nggak gue dapetin dari 'Paranormal Activity'. hoho, aneh, biasanya gue kebal ama segala jenis pocong hahaha
Semua cast juga gue pikir berakting 'cukup untuk kebutuhan film'. Bahkan debutan 'Migi Parahita' juga bermain nggak mengecewakan. Nggak bakalan menangin piala Citra emang, tapi gue bilang cukup. itu aja. Sedikit 'fun stuff', konon pembuatan film ini dikerjakan tanpa memakai script. jadi 15 menit sebelum take sang sutradara hanya memberi arahan adegan yang akan diambil, --sementara urusan dialog dan apa yang dilakukan pemaennya--diserahin pada improvisasi masing-masing. Di beberapa scene, trik ini berhasil ngasih nuansa realitas yang bagus, discene lainnya cuma menghasilkan usaha 'dramatisasi / aksi-sadar-film' nan lebay dan gerakan2 nggak penting yang garing.
Satu pujian lagi gue kasih buat Monty atas keputusannya nggak masukin tokoh gembrot atau banci yang biasanya kehadirannya malah mengganggu di film-film ginian, walaupun teriakan/jeritan karakter2 dalam film ini --yang menggantikan absennya illustrasi musik di sepanjang film -- ternyata sama annoying nya hahaha asli, nih gue nyetel film dengan volume dikecilin dan tetep aja annoying.
Kritik terbesar film ini jatuh pada desain kover/poster yang buruk, sungguh membuat siapapun berfikir "Keramat' adalah film sekelas 'Genderuwo'. Desainnya bahkan sama sekali nggak berhasil ngasih tau gue kalo ini adalah film dengan konsep ' Handheld-Camera' yang raw. Tapi, okelah emang masih mending gitu sih daripada poster nipu film2nya Nayato yang sok stylish/keren, tapi filmnya kancrut haha
terus, desain opening ama closing title sama aja jeleknya ama kover, hehe malahan pas ngeliat desain opening/closingnya gue keingetan ama desain opening/closing video-penganten yang biasa gue kerjain dulu :D
Hal menyebalkan lainnya, Monty Tiwa juga keliatan berusaha membuat filmnya 'berisi' dengan memberi 'ceramah' isu keseimbangan antara manusia dan alam. dan blunder fatalnye, pesan moral yang menggelikan ini disampaikan dengan cukup eksplist dan terkesan menggurui. Pesan moral bukan hal yang pengen gue cari di sinema-horror, boss...Fail!
But, overall, terlepas dari segala kekurangannye, ditengah kepungan film2 horror Indonesia yang berakhir dengan caci maki sarkastik penonton saking keterlaluan busuknye, 'Keramat' ( seperti gue bilang di awal ) ternyata adalah film yang boleh dibilang layak tonton, Kamera yang dipegang Cungkring berhasil menjadi 'mata' dan mengajak gue ikut merasakan terror dan aura mistik-lokal-yang kental.
Gue selamet nonton sampe abis tanpa ketiduran, tanpa harus cape ngeluarin dirty-word dan mencet tombol fast-forward di remote seperti biasanya, dan bahkan bisa menikmati beberapa adegannya.
Nggak bagus-bagus amat memang, tapi jelas bukan film jelek yang pantas disandingin ama "Psikopat'. So, list film horror-lokal yang gue tonton ampe abis bertambah satu : 'Keramat'.
Gue selamet nonton sampe abis tanpa ketiduran, tanpa harus cape ngeluarin dirty-word dan mencet tombol fast-forward di remote seperti biasanya, dan bahkan bisa menikmati beberapa adegannya.
Nggak bagus-bagus amat memang, tapi jelas bukan film jelek yang pantas disandingin ama "Psikopat'. So, list film horror-lokal yang gue tonton ampe abis bertambah satu : 'Keramat'.
Akhir kata, gue cuma mau nge-rekomendasiin film ini buat kamu tonton pada sebuah malam di mana aura-mistik kamu lagi bagus,
sebelum nonton matiin lampu, taburkan kemenyan, potong ayam cemani, cipratin darahnye ke tembok, rapalkan mantra 'Lingsir Wengi'
dan tekan tombol 'PLAY'!.
dan tekan tombol 'PLAY'!.
saya jg penasaran sama film ini karena review dari temen2 saya yang bilang film ini gak sesampah film horror indonesia lain tapi waktu itu udah keburu turun dari bioskop -__-
ReplyDeletesaya juga nontonnya di VCD bro..:) originalnya udah ada kok.
ReplyDeletebeneran deh, tanpa disangka film ini lumayan..
but, dont expect too high too :)
filmnya emang lumayan, mending lah daripada (ter)rekam-nya jupe, meski belum rilis, tp baca interview mereka di cinemags aja dah bikin males, selain faktor jupe sih.
ReplyDeletekalo boleh nambahin, satu keberhasilan lagi di film ini adalah cuma poppy sophia yang udah sering muncul di tipi, setahu saya yang lain masih baru atau jarang muncul. kesan "nyata" lewat hand-heldnya dapet lah.
endingnya emang mengganggu, apa hubungannya mati karena setan trus menjaga kelestarian alam
thanks comment nya om :)
ReplyDeletebtw, Poppy Sofia nya cakep banget om :D bagus juga dia aktingnya...ooh, oya pantesan yang lainnya nggak familiar mukanya.
dukunnya juga kaya dukun beneran sikapnya hehe cuman sopir aja yang keliatan ngapalin dialog :D
iya lah dia kan kalo gak salah pernah menang ffi 2008 pemeran pembantu terbaik. dia juga udah sering akting ftv sama film jd wajar kalo bagus.
ReplyDeleteyang konyol tuh waktu si dukun naik motor, rambutnya kena angin hahaha
" ada mbak dukun..naik motor bebeeek.."
ReplyDeletehahaha kocak iya emang, cuman rada aneh temennya ilang masih bisa ngebecandain dukun..hahaha
setuju sama "pertengahan ke ending membosankan". apalagi ending nya yg super duper hammer nohope tingkat tinggi. seandainya dia ga usah masukkin pesan moral se-eksplisit itu, mungkin hasilnya akan lebih berkesan..
ReplyDeleteThanks sis kania for comment :)
ReplyDeletesebenernya lagi, gue ngereview gini mungkin karena sebelumnya ekspektasi gue terlalu rendah kali hehe..dikira mau dapet film sekelas 'genderuwo' hehe..
gw nekat waktu itu nonton film ini karena penasaran yg bikin monty tiwa (salah satu penulis skenario terbaik di negeri ini, tapi selalu payah kalo nyutradarain film), plus jarang2 dia bikin horror.
ReplyDeletepas nonton, ngeh, oh ini teh handheld camera gitu. lagi musim sih emang, tapi pas nonton, gw bener2 ngga bisa ngilangin memori waktu pertama kali nonton film ginian waktu SMP dulu. yup, blair witch project. mumet, ribet, ngebosenin, garing, alurnya lambat tapi lama2 creepy juga. meskipun tetep aja film ini nggak creepy buat gw. garing to the max. segala bentuk2 makhluk halus, mulai dari tokoh utama kerasukan dan nyinden (plis deh, make-upnya keliatan banget dibuat2 dengan eyeliner item yg super tebel di bawah mata!), ada cewek pake baju merah, pocong, apalagi yg nakut2in semuanya itu garing buat gw! (padahal gw termasuk penakut). atmosfer 'dunia lain'nya juga nggak dapet. tapi jujur aja, adegan paling nakutin dari film ini adalah orang2 yg ngangkat keranda sambil shalawat itu!!! anjisss, ngingetin sama horror2 indo 80-an, klasik.
kenapa gw ngerasa ini blair witch banget, dan bukannya berasa kayak cloverfield, rec, ato paranormal activity? karena ini hubungannya sama hantu dan 'dunia lain'. hantunya deket banget sama mitos2 dan urband legend. sayangnya skripnya nggak se-juara blair witch, yg kalo di blair witch mah gw udah berhasil ketakutan dan ngerasa fucked up banget tanpa harus ditunjukin wujud hantu sama sekali, cuman dengan ditunjukin rute tokohnya yg nyasar dan muter2 balik lagi ke tempat yg sama gara2 di'sirep' sama hantunya (klasik ya, kayak cerita2 orang nyasar di gunung) ato adegan2 terakhir waktu tokohnya saling nyari di menara itu yg naek turun tangga, ngedenger suara temennya di lantai bawah tp pas disamperin ngga ada, denger dr lantai atas disamperin ngga ada, gitu terus. mual kalo inget!
sayangnya film ini punya ending yg terburuk dari semuanya. ngaco banget. bukan masalah pesan moralnya ato gimana, tapi apa hubungannya sih gempa di jogja sama peristiwa yg mereka alamin hari itu di dunia lelembut? emang ngga butuh ngarepin no-nonsense term di film horror, tapi nggak nyambung banget dan GARING. kenapa juga harus dihubung2in ke gempa sih? plis deh.
satu poin yg gw suka, semua karakter meranin dirinya sendiri di film ini. makin kerasa 'real'nya aja gitu.
buat gw, film ini dibilang butut nggak, dibilang bagus juga nggak. untung aja si cewek itu (gw lupa namanya siapa) yg tatoan di tangan, cakep banget dan hot, jadi ada yg bisa gw nikmatin lah...mendingan gw hantu puncak datang bulan aja deh, udah jelas itu film apaan. lots of hot girls' nudity scenes, mata dicolok sampe copot dan kepala ditebas sampe kepisah dr tempatnya. mungkin gw emang lebih cocok nonton film gituan...
btw emang poster nya jelek yah? manteb ah menurut gw. horror banget....gw suka warna2nya...daripada poster film Karma inget nggak? anjist, filmnya serem & keren tp posternya kyk sinetron.
ReplyDelete@Ming : wew, ampe nonton di bioskop ya? :D
ReplyDeleteoke deeh, ditunggu ye review 'Hantu Puncak datang Bulan' nye..? ngomong2 tuh film kan di banned n ga jadi tayang, kok lu bisa tau 'lots of hot girls' nudity scenes, mata dicolok sampe copot dan kepala ditebas sampe kepisah dr tempatnya' ?? hahaha itu mah 'Barry Prima' pisan, baru tuh namanya sinema-exploitation haha.
yah...film ini emang cocoknya ditonton malam hari ditambah aura mistik dan bakalan jadi film horror Indonesia yang paling mengerikan....
ReplyDeletecuma tiga scene yang saya inget di film ini...Si tuyul itu,si pocong sama orang2 yang bawa mayat,
yang nggak gue tangkap dari film ini kenapa mereka bisa diganggu gtu.Di film kayaknya mereka ga ngelakuin apa2 yang bisa buat para dedemit marah....
@dir : ceritanya film ini pengen masukin pesan, kalo orang yang jiwanya bersih saja yang akan berhasil selamat keluar dari hutan. yang lainnya kan ada yang mata keranjang, suka harta, egois dll wkwkwkwk
ReplyDeletewhat a story??!!!
@ringo: aneh ah...mending ah cerita klise horror Indonesia yang mereka dibunuh karena emang ngelakuin hal jahat...
ReplyDeletedari segi aura horrornya emang lumayan dapat nih film, yah sukses lah bikin gue mencet tombol Stop di seperempat film dibandingin ma PA..
cariin link Blairwitch dong, gue pengen tuh
http://www.indowebster.com/theblairwitchproject1999.html
ReplyDeletelink 'Blairwitch Project' tuh gaaaan..:D
Ming mah gak bakal suka, selera dia kan aneh :p
ReplyDeletekalo saya sih, suka. Saya sendiri bukan orang berani nonton film horror setan (kalo yang model2 slasher masih mending lah), jadi yang begini ini aja udah aaaaarghhh.. serem banget. Seengganya jauh lebih serem dari TBWP atau REC, mungkin karena setannya lokal :D
Setuju soal pocong itu, dari mulai si cungkring ditinggal pipis sampe ketemu orang2 bawa keranda.. huh!
@Poppy Sofia : MInta no HP nya dong, btw Tatto-nya keren deh. wkwkwk
ReplyDeleteMonty Tiwa kalo bikin pilm/cerita memang Tersirat, jd kita harus mikir/cerna sendiri pada akhirnya hingga bilang "Ohhh...gitu"
ReplyDeleteSecara garis besar ceritanya gini:
Kru film itu mau syut di Bantul/Jogja pada taun 2006an, inget kan waktu itu ada Gempa Jogja???
Nah Cewek yg kerasukan itu istilahnya diselamatkan dari Gempa oleh Moyangnya dgn dbawa ke Dunia Gaib dan dikeluarkan di Gunung Merapi (jauh dari Gempa).
Nah temen2nya nyusul Cewek Kerasukan itu ke Dunia Gaib, namanya juga Dunia Gaib hanya orang2 suci yg bisa keluar lagi. Maka org yg tidak suci hatinya tentu akan "tumbang" satu persatu sesuai kelemahan Duniawinya (Harta, Tahta, Wanita). Yg hatinya suci selain bisa keluar dari Dunia Gaib, jg Selamat dari Gempa.
Sekian.
Akhirnya ada yang paham
Delete