15 May 2016

Deathgasm ( 2015 )

Terus terang gue nggak terlalu fasih berbicara tentang metal dan referensinya semenjak masa remaja gue telah direnggut dengan menyedihkan oleh Kurt Cobain dan gerombolan ben pecundang dari Seattle lainnya.  Meski begitu, gue masih inget ada beberapa poster Iron Maiden terpasang di kamar gue dulu. Nggak, gue mah nggak ngerti musiknya hehe, gue masang poster Iron Maiden karena menurut gue maskot Eddie The Head nya keren. Selain itu, typography Sepultura juga jadi gaya huruf favorit gue pas milox tembok ruko pasar dengan nama geng kampung kami, Galter ( Gabungan Anak Liar Terminal ).

Tapi kalo diinget, genre musik ini emang deket banget ama tema horror. Gue pernah ngeliat sebuah pentas musik dulu dimana salah satu pementasnya adalah sebuah ben yang konon mengusung genre satanic black metal. Ben ini menamai dirinya Singkill. Nah, sedikit info, Singkil adalah nama untuk sebuah areal pemakaman di desa tetangga yang terkenal angker. Dengan nama itu, para personel ben ini seperti mau nunjukin kalo mereka berasal dari dasar neraka dan baru saja merangkak keluar lewat gerbang alam gaib di pekuburan singkil. 



Riasan dan kostum yang mereka pakai pun tak kalah seram. Ada yang jadi pocong, genderuwo, malaikat pencabut nyawa, monster, dan bahkan ada yang jadi dukun santet lengkap dengan kemenyan nya. Tak cukup dengan nama dan make up mengerikan, sebelum memainkan musiknya, ben ini seperti mengadakan ritual dulu dengan membakar kemenyan dan merapal mantra-mantra. Lalu sang dukun santet ( yang merupakan vokalisnya ), mengeluarkan kelelawar dari sebuah kotak, meludahi kelelawar itu beberapa kali kemudian menggigit sayapnya. Kelelawar malang itu pun mengelepar-gelepar di mulut sang dukun, sementara setan-setan dibelakangnya ( personel lainnya ) melakukan gerakan seperti sedang menyembah. Saat itu, gue mulai berfikir kalo ini sebenernya grup debus. Lalu, musik pun mulai dimainkan. Keras, cadas, bergemuruh. Si dukun santet melemparkan begitu saja kelelawar itu kearah kerumunan penonton di bawah panggung yang berjumlah sekitar 3 orang ( penonton yang lain menepi, mungkin karena takut --atau jijik-- ). Dia lalu mulai meraih microphone dan menggeram sekuat tenaga sampai gue khawatir kalau usus nya akan mencelat keluar dari lubang dubur. Entah mereka sebenarnya menyanyikan lagu tentang apa, hanya mereka, iblis dan lelembut pekuburan singkil yang tau.  Yah, itulah musik dari neraka. Horror.

ini bukan ben Singkil. ditampilkan hanya sebagai ilustrasi.
 
ritual mengerikan yang dilakukan para para metalheads lokal untuk membangkitkan iblis penguasa kegelapan.



 

Begitulah, genre musik ini sangat dekat dengan tema horror, meski di kemudian hari gue tau kalo metal memliki banyak subgenre dan beberapa diantaranya tidak melulu bicara tentang kematian, kegelapan, alam gaib, setan, darah atau iblis. Thrash metal misalnya ( salah satu subgenre yang paling gue suka ) lebih banyak berbicara tentang peperangan, bencana, kehancuran dunia, korupsi, ketidak-adilan atau politik ( beberapa ben bahkan memiliki tema humor dan ironi di dalamnya ). Tapi overall, ini adalah sebuah genre musik ekstrim yang agresif dan penuh kekerasan. Horror lagi kan? 

Ngomongin kaitannya dengan pilem horror, musik metal jelas bagai teman dekat. Para personel Black Sabbath konon sepakat merubah nama ben nya dari Earth menjadi Black Sabbath, setelah terinspirasi pilem horrornya Mario Bava, berjudul Black Sabbath ( 1963 ), lalu ada beberapa pilem horror yang nyelipin unsur musik metal/rock kedalamnya, sebut saja Trick or Treat ( 1986 ), Rock 'N' Roll Nightmare ( 1987 ), Death Metal Zombies ( 1995 ), Terror on Tour ( 1980 ) dll. Tapi, umumnya unsur metal dalam pilem-pilem tersebut hanya tampil sebagai tempelan, kebanyakan malah sebagai soundtrack atau scoring saja. Nah, Deathgasm ( 2015 ) berani memproklamirkan dirinya sebagai a heavy metal-splatstick horror-comedy-gore movie. Dengan kata lain, sang sutradara Jason Lei Howden, memastikan bahwa metal dipilemnya tidak hanya tampil sebagai unsur-pendukung, tapi merupakan bagian dari jalan cerita. Cadaaas! 

Deathgasm sendiri awalnya adalah pemenang dari kontes 'Make My Horror Movie'. Ini adalah sebuah kontes dimana para peserta dipersilahkan memasukkan karya berupa desain poster dan satu paragraf sinopsis. 5 entry yang mendapat like/voting terbanyak dari audience, kemudian akan mendapat penilaian dari juri. Dan Deathgasm adalah pemenangnya! sang sutradara pun berhak mendapat hadiah pendanaan sebesar $200,000 dari New Zealand Film Commission untuk mewujudkan idenya kedalam sebuah pilem beneran. Asik ye hehe. 

yang mau liat desain poster dan sinopsis kontestan lainnya ( yang menurut gue sangat lah menarik ) bisa di cek di link ini --> http://www.makemymovie.co.nz/ 

Deathgasm!
Btw, ngomongin New Zealand Film Commission, ingatan gue jadi terlempar ke ( nyaris 30 tahun silam ) dimana atas jasa komisi pendanaan film ini pulalah, lahir sebuah film kecil dari sutradara muda yang kelak akan menjadi salah satu sutradara paling berpengaruh didunia. Itulah Bad Taste ( 1987 ) yang disutradari oleh Peter Jackson! Ini bikin gue ngasih applause panjang menyadari gimana sebuah komisi pendanaan film pemerintah tak pernah berhenti mensupport sutradara muda berbakat untuk mewujudkan mimpinya dalam membuat sebuah pilem, bahkan jika proyek pilem yang hendak dibuat itu bergenre horror-splatter-najis. Kudos, buat mereka! Coba bandingin keadaannya dengan disini? bahkan jika ada pendanaan dari pemerintah pun, kemungkinan mereka akan meminta kita untuk membuat pilem baik-baik yang penuh pesan moral. 

Cut the crap, sekarang kita langsung ngomongin pilem nya. Oke, jadi sinopsisnya bisa ditulis dengan satu paragraf saja. 

Brodie & Zakk

Dua orang metalhead sejati ( Brodie & Zakk ) dan beberapa teman lain, membentuk sebuah ben bernama 'Deathgasm' dan tanpa sengaja mencetuskan demonic-apocalypse karena memainkan sebuah komposisi musik metal terkutuk berjudul 'Black Hymn'. Sekarang mereka harus nyelametin dunia dengan mecahin kepala-kepala iblis-zombie itu dengan berbagai macam benda tumpul dan juga tentu saja dengan..kekuatan musik heavy metal! 

Keputusan untuk membuat Deathgasm menjadi sebuah horror-komedi jelas sebuah keputusan tepat. Soalnya, mau dibuat serius kaya gimanapun ide tentang membangkitkan iblis-iblis karena sebuah komposisi musik metal tetap kedengaran ridikulus. Kaya ben Singkill diatas, semakin serius mereka beraksi, semakin mereka keliatan idiot ( Menurut lu setan-setan di alam sana nggak ngakak ngliat kelakuan "penyembah" nya itu? ). Jadi, kenapa ini nggak dibuat konyol sekalian? seenggaknya, Jason Lei Howden sadar diri sedang membuat pilem konyol dan hanya berniat bersenang-senang. Tanpa pretensi. Nah, ini emang satu poin yang paling gue suka dari Deathgasm. 

Sutradara nggak ragu untuk ngebecandain stereotype yang ada di kalangan metalheads meskipun dia sendiri adalah seorang metal aficionado. Ini beneran membuat semuanya terasa sangat menyenangkan. 

Cek aja di adegan ketika Deathgasm band ini sepertinya sedang membuat sebuah video klip amatiran di hutan ( atau kebon haha ) , atau adegan imajinasi Brodie saat mendengarkan musik metal dimana dia bermain gitar di puncak bukit dengan 2 cewe viking menggelayut di kakinya lalu dengan sinar yang keluar dari matanya dia ngelepasin beha si cewek..boobs!, atau juga perdebatan mengenai nama ben dimana mereka berlomba menemukan nama yang paling brutal dan menjijikkan haha. 

loser Brodie

Nah, diatas premise kaya gitu, Lei Howden kemudian nge blender-nya dengan 80's VHS classics splatstick-horror ala Braindead atau Evil Dead! 

Dan gue mulai meneteskan air mata haru, soalnya ini ngingetin gue pada kesenangan beberapa puluh tahun silam saat pertama kali menonton Braindead di Bioskop Mulya. Kekerasan vulgar nonstop, sick joke ( cek adegan yang berhubungan dengan dildo! ), darah muncrat, kepala terbelah, usus mbrojol, mata nyoplok, dll yang disajikan dengan cara hiperbola, membuat semua blood & gore nya segera menjadi komedi dan tidak membuat gue gelisah seperti yang biasanya gue alamin pas nonton film snuff atau torture-porn. Hilarious-fun-splatter yang dimulai sejak pertengahan durasi ini pula yang ngebuat gue nggak peduli lagi pada beberapa kelemahannya. 

Apresiasi juga layak diberikan pada tim spesial efeknya yang berusaha keras meminimalisir jumlah CGI dan maksimalin practical effect nya. Nah, kalo ngomongin visual effect ( VFX ), sebelum debut penyutradaan ini, Lei Howden sendiri mengawali karir nya dengan terlibat di banyak produksi pilem berbujet raksasa ( Prometheus, The Avengers, The Hobbit, Man Of Steel dll ) sebagai seorang artis VFX. Kerennya, meski di pilem-pilem tersebut diatas doi lebih banyak duduk di depan komputer dan bekerja dengan software pengolah visual digital, Lei Howden justru memilih untuk mengarahkan Deathgasm agar menjadi satu spesies dengan pilem-pilem splatter dari beberapa dekade silam yang kental dengan practical effect dan seni make-up ala Tom Savini, Rick Baker, Stan Winston atau Rob Bottin. Dan kalo diperhatiin, desain make-up untuk iblis-zombie nya sendiri seperti tribut buat make-up iblis dalam 'Night of The Demons' ( 1988 ). Disini kru spesial efek emang tidak menciptakan hal-hal baru, tetapi mereka jelas sudah bersenang senang dengan numpahin banyak darah buatan ke muka para cast. Lagi lagi ini sangat menyenangkan 

death vomit!

Meski begitu, kalian masih bisa ngeliat kepiawaian teknik animasi-rotoscoping Lei Howden di menit-menit awal. cool. 

Untuk bagian akting, semua cast jelas tidak akan mendapat penghargaan apapun, tapi bisa gue bilang kalo semuanya berperan cukup dengan kebutuhan pilem. Tapi, kredit jelas gue berikan buat Kimberley Crossman yang berperan sebagai cewe terseksi di kampus yang tiba-tiba aja demen cowok dan musik metal haha itu tentunya mimpi basah semua metalhead didunia untuk bisa bertemu cewe seksi dari luar lingkup skena yang langsung mampu relate dengan musik semacam 'Anal Vagina' , 'Funeral Rape' atau 'Intestinal Strangulation' hahaha. Dan yang paling gue suka, doi berani ngebiarin wajah cantiknya jadi kotor karena lumuran darah. Itulah akting terbaiknya hehe. 

sedikit info : cewe inilah yang sebelumnya menjadi rangers merah di Power Rangers Samurai
Deathgasm adalah pilem yang penuh energi dan menyenangkan, dan akan sangat susah untuk tidak menyebut nama 'Braindead' ( 1992 ) kala ngomonginnya. Keduanya berada dalam satu genre spesifik, dan sama-sama menyenangkan. Hanya saja, kalo di bandingin ama pilem Peter Jackson itu, Deathgasm masih terasa memiliki beberapa kekurangan. Kita tau, kelebihan Braindead adalah kegilaannya yang terus menerus memuncak seiring durasi. Satu kegilaan akan disusul kegilaan yang lebih anjing-edan-lah-pokona-mah, begitu seterusnya sampai kita mendapat klimaks di bagian akhir. Deathgasm juga punya banyak adegan gila, hanya saja gue ngerasa itu terlalu flat. Kadar kegilaan antar yang satu dengan yang lainnya hampir sama dosisnya dan pada bagian yang harusnya menjadi klimaks, kegilaan justru terasa mengendur. Tapi, gue cukup yakin kalo ini cuma masalah biaya produksi saja. Poin minus lainnya adalah pada bagian cinta-cintaan dan perselingkuhan di second-act nya yang menurut gue terasa seperti ditempelkan untuk menambah durasi. Bukannya gue anti cinta-cintaan di sebuah pilem horror-splatter, hanya saja menurut gue itu nggak bekerja di Deathgasm.  

Tapi, kaya yang udah gue bilang diatas, sangat mudah memaafkan kekurangan diatas ketika mereka menggantinya dengan banyak hilarious-fun-splatter. Ya, ini emang jelas pilem cheesy-cheapy yang akan cocok ditonton beramai-ramai dengan kawan terbaikmu, siapkan saja banyak junk-food dan bir. Dan bersiaplah untuk berteriak, memaki dan tertawa sepanjang nontonnya. Jangan khawatir, kamu bisa kembali menonton Citizen Kane untuk kesekian kalinya untuk ngeyakinin kalo kamu masih punya selera bagus dan kewarasan, nanti malam....sendirian. 





Deathgasm adalah sebuah jus berlumur darah dan shredding cadas hasil dari blender brillian antara Heavy Metal dan Horror yang akan ngembaliin kamu ke era kejayaan heavy metal dan splatter horror berpuluh tahun silam. 

Ini jelas akan membuat metal aficionado ber-head banging sambil ngacungin jari metal tinggi-tinggi. Tapi, untuk seorang horror-fan yang nggak terlalu fasih ngomongin metal seperti gue pun, Deathgasm masih bekerja dengan baik. Pada dasarnya gue memang akan mengkonsumsi apa saja selama masih ada horror disana. Mungkin di masa depan akan ada yang ngeblender Punk dengan Horror, Grunge dengan Horror, Pop dengan Horror, atau bahkan dangdut-koplo dengan Horror, selama itu dikerjakan dengan penuh passion, antusiasme, dan semangat bersenang-senang kaya yang udah ditunjukin Deathgasm, kemungkinan besar gue akan memujinya setinggi langit. 

Dan diatas semuanya, Deathgasm adalah refreshing dari betapa ngeboseninnya sinema horror era 'From the makers of Paranormal Activity and Insidious ' sekarang ini yang terlalu repetitif.
...............................................

Jadi, setelah nonton ini critanya gue mencoba untuk mendengarkan beberapa track ben death metal seperti Anal Blast atau Goatpenis. Hanya bertahan beberapa menit saja. Cukup. Gue nyerah. Dan gue butuh Antangin ama minyak kayu putih. ]
RATING:

2 comments: