Selalu menyenangkan menemukan sebuah film yang diluar dugaan ternyata mampu melampaui ekspektasi. Sejujurnya, ngeliat desain posternya gue emang skeptis ama pilem ini. Terlihat medioker, kaya sebagian besar pilem thriller-horror yang gue dapet dari situs2 download gratisan itu. Jadi gue nggak berharap banyak, lagipula gue lebih milih nonton ini daripada ngerjain revisi kerjaan. Viva la procrastination!
.......................................
Seperti judulnya, The Invitation nyeritain tentang undangan.
2 tahun setelah sebuah tragedi yang menghancurkan rumah tangganya, Will ( Logan Marshall-Green ) mendapat undangan pesta makan malam dari mantan istrinya, Eden ( Tammy Blanchard ) dan suami baru nya, David ( Michiel Huisman ). Will pun memenuhi undangan itu, dia datang bersama pacar baru, Kira. Sesampai di lokasi pesta ( rumah sang mantan istri ), disana sudah berkumpul setengah lusin teman lama yang rupanya juga diundang oleh Eden. Will pun berjumpa kembali dengan Eden, dan dia segera menyadari satu hal : mantan istrinya telah jauh berubah dari yang dulu pernah dia kenal. Eden yang baru. Eden yang mengaku bahwa semua penderitaan, trauma dan duka nya kini telah lenyap tak berbekas.
Seharusnya, itu menjadi kabar yang baik bagi Will, tapi dia merasa itu terlalu aneh.
Pesta segera dimulai. Acara 'reuni' ini terlihat akan menjadi acara seperti pada umumnya dengan saling menanyakan kabar, makan, minum anggur, ngobrol sana -sini, melakukan permainan, melontarkan joke konyol dll. Semua terlihat senang, hanya Will, yang tidak bisa menikmati pesta itu. Dia terlihat tidak nyaman dan ketika Will memergoki seorang perempuan asing berdiri menatapnya tanpa memakai celana dalam, dia mulai merasa ada sesuatu yang tidak pada tempatnya.
Ngomong-ngomong, gue belum bercerita tentang kondisi mental Will.
Diatas, gue nulis tentang tragedi yang menghancurkan rumah tangga Will dan Eden. Tragedi itu adalah meninggalnya putera mereka ( Tye ) karena sebuah kecelakaan saat bermain. Penderitaan dan duka mendalam, membuat mereka tak mampu meneruskan rumah tangga dan memutuskan untuk berpisah. Dua tahun setelah bencana itu, Eden terlihat sudah merelakan yang terjadi ( bahasa alay nya 'move on' ), namun tidak dengan Will, duka masih terlihat jelas di wajahnya, sementara kenangan dan bayangan sang putera terus datang menyiksa. Terutama ketika dia kembali kerumah dimana semua tragedi itu pernah terjadi.
Dalam pilem ini, Marshall-Green ( Will ) ngingetin gue pada penampilan Tom Hardy ( The Revenant ) dengan rambut gondrong dan jenggot liarnya. Dia tampil prima dalam perannya sebagai pria dengan kenangan buruk ( dan mental tidak stabil ) yang membuatnya terus menerus gelisah dan curiga bahwa ada sesuatu yang salah di pesta itu. Bersamanya, gue diajak untuk terus menduga apakah David mengunci pintu depan karena alasan keamanan, ataukah dia sedang mencegah mereka untuk kabur? Apakah cuma kebetulan bahwa tidak ada satupun yang mendapat sinyal ponsel di rumah itu? Apa alasan David mengundang 2 orang asing misterius ( Sadie dan Pruitt ) ke pesta yang seharusnya menjadi milik mereka? Pil apa itu yang ditemukan Will di laci lemari Eden? etc, etc
Kejanggalan demi kejanggalan membuat Will semakin curiga, tapi Eden dan David selalu mampu menjelaskan semua dengan masuk akal. Begitupun dengan teman-temannya, semua yakin bahwa tidak ada yang aneh, semua baik-baik saja. Pada satu titik, ketika kecurigaan Will mencapai titik puncak dan mulai menuduh Eden dan David, sebuah fakta membuktikan dengan telak kalo kecurigaan Will ternyata salah besar. Jadi, apakah justru Will yang sebenarnya tidak baik-baik saja?
inilah kunci misteri di pilem ini, apakah Will menjadi paranoid dan gila? atau memang dunia disekitarnya lah yang telah gila?
Tidak seperti pilem sebelumnya 6 tahun silam ( Jennifer's Body ) yang merupakan sebuah horror-komedi ringan, kali ini sutradara Karyn Kusama’s rupanya memilih untuk membuat sebuah thriller serius dengan pace yang lambat.
The Invitation seperti api kecil yang tersulut oleh paranoia, api itu terus merambat pelan hingga akhirnya menemukan titik ledak di 20 menit akhir durasi. Ya, api kecil itu tiba-tiba saja berkobar dahsyat dan selagi kita masih tertegun, api telah membakar semuanya.
Meski gue akui, pilem terlalu lama untuk nyampe di 'titik-ledak' alias terlalu banyak perbincangan, secara mengejutkan itu nggak bikin gue ketiduran ( kaya yang biasa gue alami pas nonton Memento ). Mungkin karena gue nggak ngarep apa-apa dan udah siap dengan apa yang bakal gue dapet dari pilem ini. Sekilas info, sebelumnya, gue berhasil ngelewatin 'The Man from Earth' dan 'Coherence' ( 2 pilem yang isinya ngobrol doang ) , dan kalo dibandingin ama 2 pilem itu, The Invitation masih lebih mendingan. lebih suspenseful.
Selain itu, Kusama juga berhasil memberikan perasaan unsettling-creepy terutama karena pilihan scoring nya yang terasa efektif untuk membangun tensi. Dan oh..hadirnya John Carrol Lynch ( Pruitt ) sebagai salah satu tamu misterius sungguh menggelisahkan. Bukan apa-apa, sosoknya menurut gue ngingetin pada profil seorang maniak-psikopat. Dia nggak perlu ngelakuin apa-apa untuk mampu menebar perasaan tidak nyaman. Hmm..mungkin itu karena perannya di David Fincher's 'Zodiac'.
Secara singkat, The Invitation adalah tentang bagaimana kita menyikapi duka cita dengan cara yang berbeda. Ada yang terus menerus menyimpannya, ada yang berhasil merelakannya, tapi ada pula yang berusaha menyangkalnya. Ide dasar itu diolah oleh penulis cerita untuk menjadi sebuah drama-thriller-mystery. Dan, Karyn Kusama menyajikan pilemnya dengan cara membangun tensi secara perlahan untuk kemudian secara tiba-tiba memberikan total-chaos di 20 menit akhir.
Untuk sebuah pilem yang dari awal gue remehkan dengan tidak adil, The Invitation cukup melampaui ekspektasi itu. Seperti biasanya, kalo aja dia mau nambahin sedikit gore, gue pasti akan lebih bahagia.
bang ringgo bangit dari kubur.. hoplahoplahoplahopla
ReplyDeletewaaah akhirnya ada review lagi, seru ni kayaknya. update terus dong ka..., jangan mati suri lagi -_-
ReplyDeleteahirnya ada postingan baru.. langsung nyari link donlod demenan gua thriller
ReplyDeleteBangkitlaaahhh bangkitlaaahhh....
ReplyDelete