01 May 2012

DAGON ( 2001 )

Ini sebenernya pilem yang sering banget gue lewatin pas milih2 pilem di rental dvd. Ga tau kenapa yah? gue nggak pernah tertarik pilem ini. Mungkin desain kovernya yang ( buat gue ) kurang merangsang secara visual, atau mungkin karena gue mengira bahwa pilem ini pastilah salah satu pilem horror-monster micro-budget yang sebenernya udah gue tonton pas sebuah stasiun TV nayanginnya malem-malem. Bukan berarti horror-monster micro-budget nggak keren sih, cuman sayang aja kalo udah bayar sewa, tapi ternyata pilemnya udah di tonton hehe.

Sampai pada suatu hari, akhirnya gue tahu kalo ini pilemnya Stuart Gordon. Ok, tentunya nggak perlu dijelasin lagi siapa beliau. Dan lebih istimewanya lagi, dalam pilem ini Gordon kembali satu tim ama Brian Yuzna ( Produser ) dan Dennis Paoli ( Screenplay ).

Asal tau aja, gue sangat menyukai 2 film yang udah dibuat geng Gordon ini ( Re-Animator dan From Beyond ), itu 2 pilem yang udah gue kategoriin sebagai cult hehe. Selain itu, gue juga ternyata suka pilem Gordon era sebelumnya, Castle Freak ( dalam pilem ini produsernya bukan Brian Yuzna ), dan jangan lupain pilem eksyen kelas B yang membuat gue bertepuk tangan pas nontonnya dulu di bioskop Mulya , Fortress. Itu juga hasil arahan opa Gordon ini.

Jadi, dengan resume kaya gitu 'Dagon' harusnya sih bakalan keren juga dong yah..rasa kepenasaranan itu yang ngebuat gue segera mencari pilem ini lagi. Hehe.

dan prends, ini reviewnya..


Storyline :

Paul Marsh ( Ezra Godden ) dan Barbara ( Raquel Merono ) bersama sepasang lagi kolega nya ( Howard & Viki ), mengalami hari yang naas ketika boat mereka terbentur karang akibat badai yang tiba-tiba datang. Viki terluka cukup parah, maka Paul dan Barbara segera mencari bantuan di kota tepi pantai terdekat, sementara Howard menjaga Viki.

Hal yang Paul dan Barbara tidak tahu adalah, kejadian lebih buruk sudah menanti mereka di kota kecil misterius bernama Imboca itu. Sesuatu yang memiliki lendir, suara aneh, dan tentakel mengintai mereka. Apakah itu Squidwad?? tentu saja bukan.

Apa sebenarnya yang terjadi di kota itu?
Lalu apakah ini ada hubungannya dengan mimpi buruk tentang puteri duyung bergigi tajam yang sering menghantui Paul?


Review :

Dibuka dengan adegan creepy ( sayangnya dengan desain font jelek ) yang nyeritain mimpi paul dimana dia bertemu hantu puteri duyung di dasar lautan, pilem secara efektif langsung menebarkan atmosfir gelap dan misterius. Dan nggak kaya pilem lain dimana di menit2 awal biasanya tempo diperlambat dulu buat ngenalin karakter dan tetek bengeknya, 'Dagon' sudah mengajak penontonnya masuk ke kota Imboca di menit ke 15, dan di menit ke 20, Paul udah terlibat run, hide and seek dengan para fishy-mutant-zombiesque creepy villagers yang akan ngingetin kamu pada adegan di Resident Evil 4.

Baiklah gue kasi tau sedikit, kalo penduduk kota kecil Imboca ini sebenernya para manusia mutan ( separo ikan, separo katak ) yang sedang bertransformasi menjadi ikan ( atau katak? atau cumi cumi? entahlah..) untuk pada akhirnya hidup dilautan. Dan yang lebih buruk dari itu, mereka mengincar Paul dkk untuk diambil kulitnya! Gue nggak tau apa alesannya mereka suka kulit manusia.

Namun tidak seperti Re-Animator atau From Beyond yang bergenre splatstick horror-sci-fi ( sebuah genre yang gue antisipasi kalo mendengar nama Stuart Gordon dan Brian Yuzna ), kisah Dagon ( yang juga diangkat dari cerita H.P Lovercraft's ) ini lebih mirip cerita mitos/dongeng fantasy mistik yang nyaris minus humor. Ini aslinya membuat gue sedikit kecewa karena berharap manusia mutan itu tercipta karena eksperimen konyol atau apalah gitu.

Sorry, gue emang belum pernah membaca buku/novel H.P Lovercraft's dan hanya menilai dari pilem adaptasinya saja :)

Tapi, untunglah kekecewaan gue nggak lama, karena Gordon membuat pilem ini terus bergerak dengan tempo yang enak buat diikuti. Gordon juga menurut gue berhasil ngebangun atmosfir dark gothic nan creepy dengan setting kota kecil Spanyol nya. Segera saja ketika atmosfir creepy sudah terbangun, beberapa jump-scares ditampilkan dengan efektif. make-up efek nya sendiri sangat baik dan menempati posisi ke3 untuk kategori Best Make Up di Fangoria Chainsaw Awards. Sementara itu, nudity dan eksplisit gore nggak bertebaran disana-sini tapi ditempatkan dengan sangat efisien di adegan2 yang emang ngebutuhin itu. Sayangnya beberapa part gue rasa emang terlalu panjang/repetitif dan tidak berpengaruh seandainya dipotong.

Ngomongin adegan gory, Dagon punya beberapa scene yang cukup graphics ( namun seperti gue bilang diatas, ditempatkan efisien di bagian yang emang ngebutuhin itu ) misalnya, seppuku scene, a slashed throat scene, mayat tergantung dengan kulit terkelupas, dll. Namun yang paling disturbing tentu saja adegan pengelupasan wajah yang gue nggak nyangka sungguh brutal. Iya, kita udah tau kalo Hannibal Lecter juga mengelupas wajah korbannya buat jadi topeng, begitu juga Leatherface dan Ed Gein, tapi kita sendiri nggak pernah dikasih tau gimana proses pengelupasan kulit wajah itu kan.? Dalam Dagon, ini ditampilkan cukup eksplisit dalam sebuah adegan dimana seorang tawanan di kelupas kulit wajahnya... hidup-hidup!

skinning alive!
Stuart Gordon sendiri terlihat masih terngang-ngiang kesuksesan Re-Animator dengan memilih karakter Paul mirip dengan Dr.Herbert West ( Paul bahkan memakai sweater Miskatonic ) dan oh ya..karakter cewe disini namanya Barbara, itu maksudnya pasti tribute buat Barbara Crampton hehe.

horny??
Overall, satu hal yang pengen gue protes dari Dagon adalah penggunaan CGI yang terasa sangat buruk ( ini membuat Dagon keliatan amateurish-cheapy ), mengecewakan karena jika dalam From Beyond, Gordon bisa menampilkan slimy-monster yang keren tanpa CGI, kenapa 10 tahun kemudian dia nggak bisa bikin itu. Oh, mungkin keterbatasan budget..baiklah. Dalam sebuah artikel, gue ngebaca kalo Gordon sebenernya berniat membuat Dagon setelah Re-Animator, tapi proyek From Beyond membuat dia membatalkannya. gue ngebayangin kalo aja Dagon dibuat pada dekade itu ( 80-an atau awal 90 ), pastinya itu bakalan penuh ama slimy-monster / creepy-creature keren dan itu jelas bakalan lebih..ehm, menyenangkan hehe.

Secara umum, Dagon terasa tidak sesuperior dan semenghibur 'Re-Animator', walau begitu, dia gue masukin ke kategori 'well-done' ( apalagi kalo nginget budget yang micro ).

Nggak gagal, tapi juga nggak sukses besar. Medioker. Kemungkinannya akan mudah dilupakan, tapi setidaknya, Dynamic-duo Gordon-Yuzna berani bereksperimen menawarkan warna yang lain untuk pilemnya dan thumbs-up nya dia nggak mengecewakan gue. 

Akhirul review, gue cuma berharap suatu saat nanti keduanya akan kembali bergabung buat menghasilkan pilem hillarious-awesome seperti pilem2 di masa kejayaan mereka.

Jadi, untuk Dagon. well, dengan semua kekurangannya..gue cukup menikmatinya :)

RATING:



Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic



4 comments:

  1. One of the best horror movie blog I've ever encountered! Reviewnya enak dibaca, nggak terlalu serius tapi juga tetap informatif, dan koleksi filmnya banyak juga yang saya belum tahu. Keep up the good work! (Ini komentar yang sangat subyektif, egois, dan tulus!)

    ReplyDelete
  2. wah baru keluar lagi artikel barunya, lama banget bang saya nungguin..he.he, semangat bang buat reviewnya kalau bisa seminggu sekali lah.. ahahaha.

    ReplyDelete
  3. Ringo :
    @Putri : Wow..thanks ;)
    @shadow : hehe untuk saat ini review seminggu sekali kayanya masih sulit terwujud :) thanks, anyway.

    ReplyDelete
  4. ada link downloadnya g mas dab...???

    ReplyDelete