22 March 2012

THE GREY ( 2012 )

Gue tidak sedang tergila-gila dengan hewan buas, anjing, atau srigala. Tapi, cukup aneh juga menyadari bahwa 3 postingan terakhir di blog ini secara kebetulan sepertinya berhubungan dengan hewan buas ( walaupun pilem 'Srigala' sebenarnya nggak ada serigala nya, whatever hehe ). Ini membuat gue berfikir, kalo di postingan berikutnya gue mereview pilem tentang hewan buas lagi, lebih baik nama blog ini diganti saja. animalgoesmad.blogspot.com?

Bagaimanapun, 'The Grey' memang susah ditolak. disana ada Liam Neeson, ada petualangan survival di Alaska, srigala-srigala buas, dan duel melawan raja srigala dengan menggunakan pecahan kaca yang ngingetin pecinta action pada duel Van Damme vs Tong Po.

Jadi, gue membayangkan Bryan Millis ( peran Liam Neeson dalam 'Taken' ) kali ini akan memburu srigala-srigala Alaska yang telah menculik puteri nya, menghabisi mereka tanpa ampun, mengobrak-abrik sarangnya, dan akhirnya harus bertarung satu lawan satu melawan bos srigala dalam sebuah duel hidup mati nan epik? Baiklah, gue bercanda , bayangan diatas jelas terlalu konyol. hehe. Yang pasti, rating tinggi di IMDB cukup ngeyakinin gue kalo 'The Grey' layak diperjuangkan untuk di donlot meski dengan size yang sebenarnya mustahil buat modem cap kaleng Khong-Guan gue.

STORYLINE :


John Ottway ( Liam Neeson ) adalah seorang penembak srigala ( bekerja untuk sebuah perusahaan minyak ) yang diceritain kayanya lagi punya masalah berat dalam hidup. Dia keliatan putus asa dan sempat berencana buat nembak dirinya sendiri.

Dalam sebuah penerbangan, pesawat yang mengangkut John dan para pekerja perusahaan itu mengalami kecelakan naas. Ya, pesawat mereka terjatuh di tengah-tengah alam Alaska yang liar. Hanya 7 penumpang yang selamat, tentu saja John diantaranya.

Jadi sekarang, mereka harus mulai berjuang untuk bertahan hidup, bukan saja melawan ancaman hawa dingin ekstrem, kelaparan, dehidrasi, dan kawanan srigala cerdas, tapi juga melawan.....ahem, diri mereka sendiri.
Lalu, bagimana John yang sedang galau menghadapi situasi ini.?

*drum rolling.


REVIEW


Ya, sepertinya ekspektasi instan bahwa ini pilem aksi-survival yang bakalan seru dan murni menghibur hanya karena ngeliat trailernya emang meleset. Joe Carnahan ternyata emang nggak berencana membuat pilem seperti yang gue harep dan nyoba ngasih sesuatu yang lain saja. 'The Grey' yang diangkat dari sebuah cerita-pendek berjudul 'Ghost Walker' ( karya Ian MacKenzie Jeffers ) lebih ingin menyampaikan kisah tentang harapan, keputusasaan, ketakutan dan perjuangan yang dibalut tema survival. Itu sebenarnya udah bisa dideteksi dari judulnya yang terkesan 'moody'. Tentu saja nggak ada yang salah dengan itu. Gpp, gue tidak pernah menutup diri kok. hehe.

Tapi, sayang gue menjadi tidak peduli dengan semua yang ada dalam 'The Grey'  ketika mendapati beberapa beberapa error-script yang berhubungan dengan karakter utama kita, misalnya aja nih..

Sejak awal kita sudah dikenalin ama tokoh John Ottway seorang master pembunuh serigala yang terlihat sangat berpengalaman dengan mengaku sebagai 'orang yang dibayar perusahaan buat mencegah serigala memakan kalian', seseorang yang terlihat bisa diandalkan, seseorang yang berkata bahwa cara mengatasi situasi ini adalah dengan "menghabisi mereka ( kawanan serigala ) satu persatu..mengurangi jumlah mereka, " Dan itu membuat gue yang sebenarnya tidak berharap apa-apa menjadi sedikit berharap pada sebuah..hmm setidaknya..aksi survival yang jantan. Pada kenyataannya John Ottway tidak pernah 'menghabisi mereka satu persatu ' ( kecuali satu serigala berpangkat rendah yang dikirim raja serigala untuk 'bunuh diri' ) dan terlihat hanya berlari saja sepanjang pilem.


Sebagai seorang berpengalaman, sikap Ottway menghadapi situasi kritis juga terlihat tidak jelas. ( Gue tidak akan menceritakan karakter lain semenjak karakterisasi tokoh lain terasa sangat generik dan terasa hanya sebagai 'figuran' belaka .) 

Jadi, rencana Ottway hanya : berlari menjauhi serigala, terus bergerak sambil berharap ada peradaban disebelah sana. Yang lain ngikut. Dia sedikit sekali berbicara tentang bagaimana menghadapi situasi, tentang mengatur strategi atau tentang cara memperbesar harapan dan lebih senang berbincang-bincang tentang sesuatu yang terdengar sangat 'penting' dan intelek seperti...syair puisi 4 baris di rumahnya.

Oke mungkin emang sebenarnya itulah yang mau diceritain, tentang penyikapan manusia biasa ketika berhadapan dengan alam dan situasi ekstrim. Okelah,  Tapi kemudian dengan sikap lembek kaya gitu  ketika nyawanya benar-benar di ujung tanduk, Ottway secara menyedihkan berusaha membuat dirinya terlihat macho dengan mengingat syair puisi tentang 'perjuangan hidup-mati'  yang membuatnya merasa sedang masuk kedalam medan pertempuran dan sedang berjihad mempertahankan hidupnya mati-matian?

Run! Run! Run!
Selain itu, detil-detil kecil terkesan diabaikan yang kemudian menjadikannya begitu konyol dan menjengkelkan buat diliat.

Misalnya aja, bagaimana Ottway dkk tidak mempersenjatai dirinya ketika berjalan padahal mereka tahu kawanan serigala selalu mengintai ( kemana tombak kayu yang semalam mereka buat? ), memilih buat secara tidak masuk akal meloncat ke pohon diseberang jurang daripada membuat tali dan menuruni bukit perlahan2? ( walau 2 pilihan ini sebenarnya sama-sama percuma, karena serigala2 sudah menanti mereka di bawah haha ) atau bagaimana Ottway, seorang master-serigala yang sedang berusaha menghindari serigala justru malah nyasar ke sarangnya??


Bukan hal yang terlalu buruk memang, tapi seperti udah gue tulis diatas, ini menjengkelkan.

ketika seseorang terperangkap dalam peti mati dan melakukan hal-hal bodoh, gue bisa memaafkan.

Tapi ketika seorang yang terlihat punya skill dan pengalaman nyaris tidak berbuat apa-apa selain menghindar, terlihat galau, membuat serangkaian keputusan konyol, memprotes Tuhan lantas menganggap dirinya sedang 'into the fray', gue bener-bener  kehilangan respek.  

Dengan sikap kaya gitu, dia sebenernya nggak punya hidup yang layak buat dipertahankan. 

.....................................................

Selain akting Liam Neeson, skoring, setting ama beberapa pengambilan gambar yang cukup bagus nggak ada lagi yang bisa dinikmatin dari 'The Grey'. Sensasi terror?  biasa aja. killing scene? malah ngingetin ama 'Jenglot Pantai Selatan' dimana itu terjadi secara cepat dengan memakai teknik close-up dan shaky cam. Efek? tidak istimewa dengan penggambaran serigala yang cukup aneh, misalnya mereka mempunyai taktik mengirim 'prajurit serigala berpangkat rendah' atau punya insting duel dengan mangsanya? Baiklah gue memang tidak mengerti seluk beluk sifat serigala, John Ottway does.



Ngomong-ngomong masalah ending, gue sendiri sebenernya nggak punya masalah dengan tipe ending seperti itu, hanya saja respek gue buat pilem ini terus terang udah hilang semenjak pertengahan durasi. Jadi ketika 'The Grey' memilih mengakhiri kisahnya dengan cara seperti itu, gue udah mati rasa dan memasang tampang Squidward sambil mendengus tak peduli


Oh yeaaahh??
Verdict, 

Seperti striker yang berusaha keras mencetak gol indah tanpa peduli pada pelanggaran2 yang dilakukannya, Joe Carnahan terlalu fokus untuk menjadikan 'The Grey' sebuah pilem survival yang penuh makna, 'dalem', cerdas, puitis, nyeni dan bercita rasa tinggi namun sayangnya dengan mengabaikan beberapa detil-script yang menurutnya adalah sesuatu yang sepele.

Hehe, apakah gue terlihat seperti orang dengan 'bad taste' yang hanya menginginkan sajian pertempuran berdarah antara manusia vs serigala dengan organ tubuh bertebaran? walau itu memang sedikit bener hehe aslinya gue nggak selalu berharap seperti itu. Gue bahkan pernah terlibat emosi begitu dalam pada sebuah drama-survival-puitis seperti "Into the wild" atau 'The Road'. Singkatnya sih, pilem ini nggak berhasil 'menyentuh' gue.


I don't know, mungkin kalian bisa menikmatinya, tapi ini jelas bukan buat gue.

Atau kah gue sebenarnya sudah melewatkan sesuatu?? so, correct me.


RATING:


Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic

3 comments:

  1. Kok saya jadi ngebayangin ntar ada sutradara Indonesia bikin film dengan premis yang sama tapi serigalanya diganti jadi orang utan (itu tuh, ngacu ke kasus pembantaian orang utan oleh pekerja2 yang disewa perusahaan kelapa sawit di kalimantan). Terus tokoh utamanya ya ceritanya orang lokal yang disewa si pemilik perusahaan itu karena dia punya skill 'membunuh orang utan.' Entah jadinya gimana tuh...The Grudge 4: The Revenge of Orangutan? (*ngayal tingkal tinggi*).

    ReplyDelete
  2. Ngak skrang gue mau tanya sama lu emang lu bisa membuat film enak banget ngeritiknya nonton y nonton aj kalek lebay amat jdi orang

    ReplyDelete
  3. endingnya sih gw krg greget..srasa sia2 nontonya...

    ReplyDelete