REVIEWED BY 'R'.
Yap, gue nonton ini film ini setelah secara acak membelinya. iya asal-asalan aja hehe
Cuman karena ngeliat di kovernya ada gambar cewek di bekep + darah dimana-mana + ada sedikit review singkat dari 'bloody-disgusting.com' di backcovernya, gue beli nih film tanpa berani ber-ekspektasi tinggi.
Yap, gue nonton ini film ini setelah secara acak membelinya. iya asal-asalan aja hehe
Cuman karena ngeliat di kovernya ada gambar cewek di bekep + darah dimana-mana + ada sedikit review singkat dari 'bloody-disgusting.com' di backcovernya, gue beli nih film tanpa berani ber-ekspektasi tinggi.
..................................................
Film dimulai dengan dikenalkannya kita ama tokoh Nina ( Sabrina Reiter ) yang wajahnya mirip Andhara Early dan lebih pantes jadi vokalis band indie-pop daripada maen film ginian ( tapi cakep kok ). Nina ini ternyata seorang survivor dari sebuah kejadian mengerikan dua tahun silam yang menimpa dia dan temen-temennya. Nah seperti layaknya Laurie Strode di 'Halloween II', doi pun ngalemin apa yang namanya trauma. Biar kata dia udah tenang hidup sebagai penjaga rental DVD, kejadian 2 tahun silam itu tentunya masih ngebekas dan membuat dia sering ngalamin mimpi buruk. Misalnya, dia lagi bercermin tau2 muncul bayangan temennya berlumur darah sambil minta tolong, dan horee..tentunya itu cuma mimpi belaka
Suatu hari Nina terbangun dari tidurnya, ponselnya berdering. ternyata Mona -temennya- yang menelepon, dengan suara setengah merintih Mona memohon kepadanya untuk datang dan menolongnya.
Nah, didorong perasaan pengen nolong temennya, maka hero-ine kita ini tanpa petunjuk apapun berangkat seorang diri menuju wilayah terpencil Tyrol buat nyari Mona dan nyelesein trauma yang selama ini menghantui. Usaha pencariannya akhirnya mengarahkan Nina ke sebuah 'dysfunctional-family' yang hidup mengisolasi diri disebuah lembah bersalju..selanjutnya, kita udah tau apa yang kemudian terjadi pada Nina hehe
Review :
Sebelum melangkah ke review, gue pengen ngasih sedikit info kalo ini adalah sebuah sequel dari film ber-genre Slasher pertama yang di produksi di Austria. yep, negeri dimana Maria menyenandungkan 'Do-re-Mi' itu, sangat jarang memproduksi film horror. Film2 yang diproduksi Austria lebih banyak bergenre drama, romance, komedi, action atau dokumenter. Mungkin cuaca dingin pegunungan Alpen membuat orang2 sono males bikin film horror apalagi yang berdarah-darah dan memilih bikin drama-romantis buat menghangatkan mereka..hehe hanya analisa ngawur Film 'Dead In Three Days 1' dirilis tahun 2006 dan di anggep sebagai film Slasher pertama di Austria, padahal 2 bulan sebelumnya --ditahun yang sama-- juga di produksi film 'Silent Bloodnight' yang juga ber-genre slasher. Namun, film ini jeblok dan media lebih seneng mengatakan kalo 'Dead In Three Days 1' adalah film Slasher pertama di Austria. Mungkin kasusnya sama kaya film 'Rumah Dara' yang diakui bersama sebagai film Slasher pertama Indonesia. padahal sebelumnya ada juga film 'Psikopat' atau 'Air terjun Penganten' hehe. cukup omong-kosongnya..
..................................................
Satu jam pertama, film berjalan sangat lambat dan membosankan. adegan klise disana-sini. Prochaska keliatan bener-bener berusaha nge-bangun ketegangan dan ngatur tempo, sayang, buat gue usahanya gagal. Satu jam yang sia-sia, suspense nya kaga dapet. Pengenalan karakter Nina sendiri nggak cukup buat gue naro simpati, jadi kalo gue ngeliat Nina, gue cuman ngeliatin wajahnya doang yang cakep , sementara 'dysfunctional-family' yang diceritain sebagai antagonis juga nggak cukup bikin gue peduli. maksudnya, pas mereka mati satu persatu , kaga ada perasaan " mampus lu! asshole!" seperti apa yang gue rasain ketika ngeliat Krug Cs di bantai dalam ' The Last House On The Left' hehe
satu yang bikin gue batal mematikan film ini adalah shoot-shoot impresif yang di tunjukin ama kameramennya.
dan setelah penantian lama menunggu body-count yang menghabiskan satu bungkus keripik kentang, akhirnya perlahan tensi mulai naik dan gue ngedapetin adegan yang bikin gue bergumam " akhirnyaaaa..."
Penis yang nyaris putus digigit, leher ditusuk, mata dicolok, darah nyiprat dan adegan pembacokan mulai nongol menjadi hidangan penutup film, lumayan menghibur, walau level-nya nggak cukup hardcore buat masuk kategori splatter. hehe. mediocre-gore lah.
Seandainya, nggak ada adegan penis nyaris putus itu, gue berani bilang kalo film Slasher 'pertama' Indonesia 'Rumah Dara' lebih menghibur daripada film ini, itu dengan catatan film 'Rumah Dara' nye kaga di sensor hehehe
yah, pada akhirnya, 'Dead In Three Days 2' akan menjadi salah satu 'another-slasher-movie' yang gampang gue lupain. dia mungkin nawarin sesuatu yang baru buat Austria yang kebanyakan nonton drama, tapi dia kaga nawarin sesuatu yang baru buat 'horror-fan' , dia juga terlalu setia ama pakem film-slasher yang secara nggak sadar di amini untuk wajib ada.
hero-ine,
middle of nowhere,
dysfunctional family,
survival,
bloody-battle,
middle of nowhere,
dysfunctional family,
survival,
bloody-battle,
spoiler
kalo sutradaranya cukup PD dan punya rencana bikin sequelnya..tinggal kasi adegan mayat sang evil itu tangannya bergerak-gerak..hehe
tapi sebenernya tetep dengan pakem diatas juga seru sih, asal didalemnya cukup banyak kesebar 'memorable-scene' yang kickass! dan sayangnya, film ini nggak cukup punya 'memorable-scene'.
Walau gitu, tentunya film ini bisa jadi pilihan terakhir kamu ketika semua channel televisi menayangkan debat pansus Bank Century.
..................................................
..................................................
Rating :
' well done, but its already done before'.
6/10
' well done, but its already done before'.
6/10
yang pertama saya ketiduran nontonnya..haha
ReplyDeletefilm ini nggak seru sama sekali..eh malah dibuat seri keduanya.
ReplyDeleteya gitu deh kalo saya nontonnya juga karena nggak ada pilihan lain hehe.
ReplyDeletethanks 4 comment.
ini Jeviva sapa ya? :) punya blog?
Arghh, yg pertama aja bikin ngantuk, gak niat ntn yg ini jadinya
ReplyDelete