17 November 2009

INGLOURIOUS BASTERDS (2009)


REVIEWED BY 'M'.

Oke, saya tumbuh besar dengan film2 Quentin Tarantino.

Pertama kali nonton Pulp Fiction umur 13 tahun, tergila-gila dengan Kill Bill waktu SMA dan mengumpulkan semua DVD film2nya waktu duduk di bangku kuliah [sekarang, maksudnya. Hehehe]. Saya udah nunggu lama untuk nonton film terbaru Tarantino, setelah Death Proof yg kemaren itu nggak bisa dibilang ‘serius’ karena sebenernya tuh film emang dibikin buat tribute film2 kelas B favoritnya aja. Kalo ada sutradara yg selalu saya ikutin film2nya dan malahan saya pelajari karakter filmnya segala, barangkali cuma Tarantino.

Saya udah denger tentang pembuatan skrip Inglourious Basterds ini dari dulu banget dan heran kenapa filmnya nggak keluar2 juga…?
Saya berekspektasi tinggi sama film ini ---yg kalo dia bilang sih, ini masterpiece-nya--- meskipun deg-degan juga karena menurut saya, bikin film tentang Nazi adalah ide buruk untuk sutradara se-eksentrik dan sejenius Tarantino.
But, okay, we’ll see.

Hasilnya, saya keluar bioskop dengan ekspresi yg biasa2 aja. Nggak ada ketakjuban berlebih kayak abis nonton Kill Bill atau kemuakan maksimum kayak abis nonton Death Proof. Biasa aja. Kalo mau jujur sih, kecewa berattt!
Huhuhuhu. Keren sih. Cuman, apa ya….it’s just…fucking boring. Really. Nggak tau deh, semuanya kayak udah Tarantino banget, dan dia kayak nyaris nggak menawarkan apapun yg baru. Ya begitu aja, udah. Saya juga berkali-kali menguap sepanjang film ---yg mungkin cuma saya lakuin sepanjang 45 menit pertama nonton Death Proof --- nggak tau juga, karena saya emang nontonnya malem2 kali ya, hehehe.

Oh yeah, kita tau, semua film Tarantino adalah tentang balas dendam. Film ini juga gitu kok.
Kita mulai dengan ceritanya dulu aja ya: sekelompok tentara Amerika keturunan yahudi yg dikomandoi oleh Letnan Aldo Raine [Brad Pitt] ---dengan julukan Aldo The Apache --- memiliki misi untuk memburu dan membunuh sebanyak-banyaknya Nazi, yg saat itu sedang menduduki Prancis. Mereka menamakan dirinya The Basterds. Target mereka saat ini adalah mengumpulkan 100 kulit kepala Nazi [hahahaha!]. Aldo ditemani oleh Sersan Donny Donowitz [Eli Roth], asal Boston dan hobi menghabisi para Nazi dengan tongkat baseball tanpa ampun, yg terkenal sebagai The Bear Jew di kalangan Nazi dan sanggup membuat Nazi manapun gentar. Nggak cuma itu, Aldo juga merekrut psycho keturunan Jerman yg aneh dan nggak banyak omong, tapi sangat terkenal akan kebrutalannya dalam membantai para Gestapo, bernama Hugo Stiglitz [Til Schweiger].

Sementara itu, seorang gadis yahudi, Shosanna Dreyfus [Melanie Laurent] berhasil melarikan diri dari pembantaian keluarganya yg dilakukan oleh Kolonel SS, Hans Landa [Christoph Waltz], yg terkenal sebagai Jew Hunter, pemburu para yahudi di seluruh pelosok Prancis. Sosok yg romantis, menghipnotis, pemerhati detail yg tajam dan seorang jenius linguistik [Waltz berbicara semua bahasa yg ada di film ini!] dengan insting luar biasa. Shosanna pun berganti identitas menjadi pemilik sebuah bioskop di Paris. Tanpa diduga, bioskop Shosanna digunakan untuk premier film propaganda Jerman terbaru Joseph Goebbels, menteri Nazi, atas rekomendasi Fredrick Zoller, pahlawan perang Jerman yg masih muda dan menjadi bintang film dalam film tentang dirinya sendiri yg dibesut si Goebbels itu, “Stolz der Nation” [Nation of Pride]. Shosanna ngeliat ini sebagai peluang untuk balas dendam. Rencananya: menghabisi 300 orang Jerman yg hadir di bioskop tersebut ketika premier, termasuk si menteri dan De Fuhrer alias Adolf Hitler sekalian! Caranya: mengunci seluruh pintu bioskop dan meledakkannya dengan perbekalan film nitrat yg dia punya [catatan: film nitrat adalah film yg sangat mudah terbakar, jauh lebih cepat terbakar dibandingkan kertas!]. Di luar sana, Letnan Aldo juga sedang membuat rencananya sendiri untuk membunuh Hitler, dan oh yeah, militer Inggris ternyata ikutan juga dengan mengutus Archie Hicox [Michael Fassbender] yg bekerja sama dengan aktris Jerman yg cantik dan seksi yg bekerja sebagai mata-mata, Bridget von Hammersmark [Diane Kruger]. Berhasil nggak ya? Tonton sendiri ajalah! Yang jelas, Hitler mati di film ini! Hahahaha, spoiler banget yak gw? Biarin, weee! :P

Nggak bisa dipungkiri, Tarantino adalah orang yg doyan becanda. Banyak banget komedi terselubung di film ini yg bikin saya ngakak. Cerita perang dunia ke-2 yg harusnya tragis dan menyedihkan, diplesetin habis-habisan olehnya, menjadi cerita yg kocak dan sangat menghibur. Sejarah udah dijungkirbalikkan di sini, tentu aja tetep dengan style Tarantino yg western berattt itu dan dialog2 fantastis yg tajam [dan kali ini ada berbagai macam bahasa yg dipake: Jerman, Perancis, Inggris, bahkan Italia!]. Keren film ini. Saya menikmatinya, beneran deh. Film ini seru, lucu, cerdas. Dan dia juga berhasil membawa saya ke tensi yg tinggi sekaligus tertawa keras-keras. He IS brilliant, really. Ayo tepuk tangan dulu buat dia :).
Oke, udahan dulu puja-pujinya.

Pengambilan gambar dan dialog
Seperti khasnya Tarantino, banyak pengambilan gambar dan pergerakan kamera yg aneh dan bikin saya terkagum-kagum, tapi…kerasa nggak penting. Hahaha. Maksudnya, buat apa ya dia nge-shoot krim yg diolesin ke roti, ngasih liat adegan minum susu dari mulai nuang susu sampe Hans Landa kelar minumnya, nyalain rokok, atau ngebahas sepatu sampe seperempat jam sendiri. Hahaha. Tapi ya emang gitu, film2 dia selalu penuh detail yg nggak usah dipikirin buat apaan, dan emang dibikin sebagai bagian penting filmnya. Ada juga tuh yg keren waktu Hans Landa ngobrol sama Mr. LaPadite di adegan2 awal, kameranya gerak muter gitu, wihh canggih dah! Masih bertebaran juga pengambilan gambar yg Tarantino banget, contohnya kayak: shoot dari atas ruangan, ngikutin pergerakan tokoh dari atas ruangan ke bawah ruangan, pengambilan gambar dari bawah atau sisi orang yg akan dibunuh/dihabisi. Banyak deh adegan yg ngingetin saya sama Kill Bill, contohnya kayak waktu di bioskop-nya Shosanna.

Udah gitu, penuh dengan dialog yg nggak penting dan bertele-tele. Meskipun begitu, masih banyak dialog cerdas yg dibikin Tarantino di sana-sini. Kalo di Kill Bill ada percakapan tentang Superman antara Bill dan The Bride, kali ini di adegan2 awal ada percakapan tentang tikus antara Hans Landa dan Mr. LaPadite, coba simak baik-baik deh! Nggak cuma itu, lelucon tebak-tebakan kartu bertuliskan ‘King Kong’ itu juga lucuuu banget, selera humornya kasar sekaligus cerdas, menggambarkan isu rasial yg lagi buruk2nya di Amerika saat itu. Smart ass!

Barbarisme & Rasisme
Masih penuh adegan kekerasan dan berdarah-darah [saya nggak tau apakah ada sutradara lain yg lebih haus darah dibandingkan Tarantino], gruesome tapi juga kocak: pengelupasan kulit kepala Nazi yg digambarin dengan jelas, yuckkk! Lalu gimana Letnan Aldo ‘mencelupkan’ jarinya ke dalam kaki Von Hammersmack yg terluka, sampai adegan tembak-tembakan buah zakar di bar itu! Hilarious berat! Apalagi ‘pengukiran’ logo Nazi di jidat ituuu. Nyaris bikin saya terjungkal dari kursi. Hahahahahah. Saya juga seneng sama karakter Hugo Stiglitz yg nggak banyak omong tapi barbar bangettt, terus Donny yg selalu teriak2 berasa menangin pertandingan baseball di Boston setelah ngehajar personel Nazi pake tongkat baseball itu. Kocak deh! Nggak cuma itu, karena film ini perpaduan berbagai macem negara dan budaya [termasuk bahasa], ada isu rasial juga yg turut serta. Mulai dari orang jerman ke orang yahudi [ini mah udah jelas!], orang perancis ke orang jerman, orang jerman ke orang negro, orang amerika ke orang negro, gitu deh! Tapi tetep, LUCU :D.

Alur Cerita
Kali ini Tarantino ngasih alur cerita yg linier [tumben ya? Heheh], meskipun seperti biasa…masih terbagi dalam chapter-chapter. Ada beberapa flashback, tapi nggak bikin kita sampe muter cerita ke awal lagi. Cukup ramah deh buat penonton yg nggak terbiasa dengan style-nya. Yang paling lucu, tentu aja cara Tarantino mengenalkan tokoh-tokohnya dengan sangat khas, yaitu melalui pemberian nama yg dramatis [liatin deh font-nya, nyaris nggak berubah sama yg di Kill Bill! Kenapa sih tuh orang???] dan porsi adegan yg nyempil dan tiba2 dengan tujuan untuk mendeskripsikan si tokoh. Nice!

Tokoh-tokoh yg banyak BANGET dan cameo di sana-sini
Perhatiin deh tokoh yg bejibun, segitu banyaknya dengan nama-nama asing yg ribetnya minta ampun [baik dihapal atau disebutin], dan semuanya pake SERAGAM. Plis lah, gw mana hapal yg mana nazi yg mana amerika yg mana Inggris, semuanya kelihatan sama aja! Udah gitu, nggak penting juga kegunaannya buat apaan…? Maksudnya apaan siihh…??? Penting nggak sihhh segitu banyak cameo nongol…??? Nggak ngerti deh. Nggak ada karakter yg bener2 distingtif dan memorable [bahkan di Kill Bill, karakter yg numpang lewat kayak Gogo Yubari aja bisa nempel banget di kepala gw!]. Untung aja ada karakter Hans Landa, si Jew Hunter, yg berhasil nyelametin film ini supaya saya nggak ketiduran. Hail to Christoph Waltz yg udah dengan jenius memerankan Landa! Saya nggak pernah ngeliat Waltz sebelumnya di film apapun, tapi dia bener-bener ‘membawa’ film ini. Sangat membius dan sensasional! Dia berhasil mencuri perhatian siapapun yg menonton film ini! Cuma dia yg penampilannya TANPA CELA. Kalo peran Hans Landa ini diperanin sama orang yg ‘salah’, barangkali cara saya ngeliat film ini juga bakal beda. Dialah bintang sesungguhnya dari film ini. Dia berhasil membuat Hans Landa jadi villain favorit saya tahun ini, hehehe. Pokoknya Oscar bakalan kualat kalo nggak ngasih dia piala!
Dan Brad Pitt…oh Tuhan, tidak. Saya curiga, ini adalah penampilan terburuk Brad Pitt sepanjang sejarah perfilmannya. Suara, cara ngomong dan aksen-nya itu…sangat mengganggu. Fucking annoying. Kumisnya juga jelek, nyebelin. Saya nggak tau Tarantino dapet inspirasi dari mana untuk maenin Pitt buat peran ini. Maksain lah, nggak cocok pisan!Seperti biasa, semua tokoh dalam film Tarantino sangatlah penting dan unik, meskipun ujung-ujungnya mati juga. Hehehe. Ada banyak cameo maupun bukan, yg merupakan. Lihat Mike Myers yg jadi cameo, memerankan Jenderal Ed Fenech. Seberapa pentingnya sih dia jadi cameo? Nggak ada alasan memainkan dia sebagai cameo selain emang dia harus jadi cameo di film ini. Hahaha.

Dan, awww…I love Eli Roth! Lucuuu banget. Dia bisa keliatan hot, barbar tapi juga komikal. Lagian jarang2 saya nonton film dimana dia berperan jadi aktor! Soal keterlibatan dia, saya udah nggak heran sih, dia emang bisa dibilang anak buahnya Tarantino, setelah ngeliat obsesinya terhadap film horror di penyutradaraan debutnya yg keren, Cabin Fever, dan film fenomenal yg diproduseri Tarantino: Hostel. Plus, Eli emang salah satu sutradara horror angkatan kini favorit saya selain Alexander Aja [sutradara remake The Hills Have Eyes dan film horror yg bisa jadi cult: High Tension atau Haute Tension dalam judul aslinya]. Nice, Eli!
Oiya, Enzo Castellari, sutradara Inglourious Bastards versi aslinya [Italia] jaman dulu yg jadi inspirasi film ini, jadi cameo juga loh! Dan dia memerankan dirinya sendiri! Hehehe.

Score
Ada beberapa lagu yg nyomot dari Kill Bill dan selebihnya adalah lagu-lagu favorit Tarantino. Score yg dipake sepanjang film juga keren, menyatu banget sama tiap-tiap adegan, terutama ketika adegan Shosanna tembak-tembakan sama Zoller sampe modar itu. Udah, nggak ada komentar, bagian ini sih udah manteb.

Yang Mengganggu…
Hal yg paling menyebalkan dari menonton film tentang bales dendam adalah ketika si tokoh utama nggak berhasil membalaskan dendam dengan mata-kepala-tangannya sendiri! Hehehe. Tarantino sendiri bilang, kalo di film ini, Shosanna bakal selalu jadi pemeran utama. Kita udah ngarepin dendam si Shosanna terbalaskan dengan penuh rasa kepuasan ketika dia menghabisi Landa [sama kayak kepuasan The Bride setelah membunuh musuh2nya dan girangnya cewek2 Death Proof ketika menghabisi si stuntman sialan]. Kenyataannya? Kagak!
Yang ngeganggu lagi, Hans Landa yg udah diceritain superior banget dari awal, ternyata jreng jreng jreng….berhasil dikerjain sama Aldo di akhir cerita. Ahh, pokoknya aneh deh bisa segampang itu! Dia yg udah keliatan jenius sepanjang film, masa iya bisa tiba2 jadi tolol begitu? Kerasa too good to be true dah!

Well, keliatan banget ceritanya juga keliatan ditulis dengan sungguh-sungguh dan niaatt. Craftmanship Tarantino masih belom ilang sih, tapi gimana yah, it’s just…it doesn’t fit. Nggak pas gitu di hati. Ceileehh, hahahaha. Seneng sih bisa nonton satu lagi film keren tahun ini. this one could be classic! Tapi sebagai fans berat Tarantino, kayaknya saya biasa aja deh, hehehe. Saya pernah bilang, film terbaik yg saya tonton tahun ini adalah Water Lilies [Celine Sciamma] dan sampai sekarang pun nggak berubah.

Membunuh Bill bisa jadi ide yg brilian, tapi membunuh Adolf Hitler? It won’t work, for god’s sake!
Nggak ada pesan khusus untuk menonton film ini kecuali siapkan konsentrasi-super-tinggi untuk menghapal nama-nama tokoh di dalamnya, dan tentu saja, ENJOY!

And good luck!

.......................................................................

DOWNLOAD INGLORIOUS BASTERDS
Title : Inglourious Basterds (2009) - CAM - 350MB
Size : 349.64MB



* klick button diatas, kemudian click button 'Click Me --Supported By IDWS'

DOWNLOAD SOUNDTRACK 'INGLORIOUS BASTERDS'

TRACKLIST




Tracklist:
01- Nick Perito - the Green Leaves of Summer [01:56]
02- Ennio Morricone - the Verdict [dopo La Condanna] [01:13]
03- Charles Bernstein - White Lightning [02:54]
04- Billy Preston - Slaughter (Album Version) [04:24]
05- Ennio Morricone - the Surrender [la Resa] [02:48]
06- The Film Studio Orchestra - One Silver Dollar [un Dollaro Bucato] [02:03]
07- Zarah Leander - Davon Geht Die Welt Nicht Unter [02:05]
08- Samantha Shelton and Michael Andrew - the Man with the Big Sombrero [01:49]
09- Lilian Harvey & Willy Fritsch - Ich Wollt Ich Waer Ein Huhn [02:44]
10- Jacques Loussier - Main Theme from Dark of the Sun [03:10]
11- David Bowie - Cat People [putting Out the Fire] [04:11]
12- Lalo Schifrin - Tiger Tank [01:18]
13- Ennio Morricone - Un Amico [02:35]
14- Ennio Morricone - Rabbia E Tarantella [03:54]





* klick button diatas, kemudian click button 'Click Me --Supported By IDWS'


POSTER 'INGLOURIOUS BASTARDS' VERSI OLDSCHOOL


7 comments:

  1. filmnye sangat entertaining haha tarantino as fuck!. Hans Landa, masuk deretan best Villain in movie versi gue.

    yang nge-ganjel :
    -untuk ukuran seorang Hitler, penjagaannya cuma segitu???
    -villain jeniusnya get fooled di bagian akhir..WTF?
    -please more gore, Tarantino!

    selebihnya, gue terhibur hehe

    ReplyDelete
  2. kalo tarantino mah jgn gore2 banget lah, ntar murahan malah. tetep aja logo nazi di jidat itu lucu bangettt!

    ReplyDelete
  3. i mean, di 'KillBill' lumayan banyak tuh :D 'Death Proof' biarpun sedikit tapi wow scene 'car-crash' itu ampe ngilu gue ngeliatnya, dan di film ini logo nazi di jidat ama Ei Roth ngulitin kepala..keren sih..tapi aaaahh..mau nambaaaah..dikit lagi aja deh hahaha

    ReplyDelete
  4. Kok sama ya. Aku kurang puas dengan film yang dipuja puji banyak orang ini. Overrated banget. Bukannya tidak bagus, cuman menurutku terdapat beberapa genjelan seperti yang diungkapkan diatas. Ceroboh banget sih pake penjaga cuman sedikit. Dan lagi, harusnya judulnya bukan Inglourious Basterds tapi lebih pas Glorious Shosanna, karena terus terang lebih asyik menikmati aksinya dari pada aksi para bajingan yang gak hebat-hebat amat. Tapi dengan segala ganjelan tadi, aku gak bakalan heran kalo film ini bisa gaet Best Picture di Oscar nanti. Gak suka aku ma akting Brad Pitt. Mau diapain juga, tetep terlihat Brad Pitt.

    ReplyDelete
  5. Goblok semuanya! Kalo ngga ngerti film mending ngga usah nulis deh. Kalian ngga bisa menghargai sebuah karya bagus.

    Makanya, tahu dulu ilmu sinema,baru bicara. Mending kalo ngga ngerti ngga usah ngomong deh.Asal aja..

    (KARENA KAMI TELAH MEREVIEW FILM DENGAN SANGAT SUBYEKTIF DAN EGOIS, MAKA KALIAN BOLEH BERKOMENTAR DENGAN EGOIS-SESUKA HATI PULA..GA PA-PA KOK)

    ReplyDelete
  6. @anonim: emang elu siape? guru sinema? kalo mau baca pujian mah cari aja blog laen yg muji2 film ini. banyak kok.

    ReplyDelete
  7. @ming: nama blognya aja Horrorsekarepdewek jadi terserah yang posting mau nulis apa...gue dukung loe Ming sebagai sesama pecinta horror asia dan penyuka hantu dengan makeup tebal berambut panjang...

    hihihi

    gue belum nonton nih film..

    ReplyDelete