06 December 2014

The Collector ( 2009 )

Editorial :

Halo sodara-sodara..

Jadi, akhirnya blog ini masih bisa apdet lagi ketika seorang misterius berinisial 'HL' mengirimi gue imel berisi review buat di muat di sini. Ya, blog ini memang menerima kontribusi dari siapa aja, Tujuannya adalah, selain karena berbagi kegemaran itu indah ( cailah ) gue juga ingin memotivasi kawula muda untuk gemar meresensi film horror. Tapi baiklah, alasan sebenernya adalah karena gue udah sangat nggak produktif nulis review ( eh, gue malu nyebut itu sebagai review, gue lebih seneng nyebutnya curhat-abis-nonton-film ) sementara itu, Ming cuman nulis kalo lagi khilaf aja dan Zombem? dia udah punya 'markas' sendiri dan sepertinya saat ini sedang meniti karir menjadi selebtwit.

Kalo udah nggak produktif mestinya sekalian aja diumumin tanggal kematiannya dong!? mestinya sih begitu, tapi terus terang gue masih sayang blog ini dan belum pengen menguburnya. Gue seneng ngeliat ada apdet baru di blog ini, meskipun bukan gue yang nulis. So guys, kontribusi dari kalian akan membuat blog yang udah penuh debu dan sarang laba-laba ini tetep hidup. Tapi, ngomong-ngomong emang ada yang peduli yah kalo blog ini udah mati atau masih hidup? haha whatever lah..

Sori buat HL, kontribusi ulasannya baru sempet gue posting hari ini hehe Terima kasih banyak dan semoga masih punya banyak stok ulasan film horror buat di taro disini.

Ngomong-ngomong HL ini siapa yah? Hannibal Lecter?
Kita langsung cek aja reviewnya,

 ...............................


The Collector
Reviewed By HL

Psikopat dalam film biasanya punya karakteristik sendiri – sendiri, sebut saja Leatherface dengan gergaji mesin yang mengejar siapa saja yang dia lihat, Michael Myers dengan pisau dapur yang suka mengintai mangsanya, ada juga Freddie Krueger dengan cakar dan wajah yang mengerikan untuk menghantui mimpi indah kamu dan masih banyak lagi. Tapi The Collector hadir dengan karakteristik yang sangat menarik dan berbeda dari para pendahulunya, bukan dengan senjata atau topeng yang mengerikan – karena topeng the collector ini biasa aja, bahkan nyaris gak serem dibanding topeng wajah tersenyum yang dipakai difilm The Purge hehehe. The Collector mampu menebar ancaman dengan menjadikan rumah mangsanya dipenuhi dengan jebakan mematikan yang seolah disetiap sudut rumah adalah sudut “mati” - wweeeewwwwwww. 

Langsung deh ke sinopsisnya dulu :

Arkin (josh stewart) adalah seorang tukang kayu yang bekerja dirumah keluarga chace, tapi ternyata arkin bukanlah seorang tukang kayu biasa, hidupnya yang bermasalah menjadikannya memiliki profesi lain, yaitu sebagai pencuri.

Saat berkerja sebagai tukang kayu atau tukang reparasi dia juga mengamati denah rumah dan letak brankas dari rumah keluarga chance. Barulah malamnya dia beraksi dengan alasan terdesak masalah ekonomi sebagai alasan yang keren untuk membobol rumah yang sudah diincarnya. tapi naas, Arkin justru harus berhadapan dengan pria bertopeng yang juga “maksud” lain dirumah tersebut, dan kisah kucing – kucingan penuh ketegangan dimulai.

                                                                        Review :

Duo penulis dari seri Saw IV,V, dan VI Patrick Melton dan Marcus Dunstan berada dibalik layar film ini, Marcus Dunstan sendiri menjadikan film ini sebagai debut sutradaranya. saya pribadi lebih suka The Collector daripada SAW series ( saya bahkan pernah tertidur saat menonton SAW V hehehe ) entah kenapa kayaknya hal menjijikan dan brutal yang ditawarkan SAW sama sekali tidak membuat saya terpukau tapi The Collector menawarkan kisah yang membuat saya betah nonton bolak balik dengan senyum bahagia hehehe.

Karakteristik pria bertopeng ini seolah menawarkan rasa baru, lupakan plot hole bagaimana villain kita memasang jebakan – jebakan itu, saya lebih tertarik untuk menebak – nebak jebakan apa lagi yang dipasang buat matiin setiap orang difilm ini hehhehe. Mulai dari telepon rumah yang diisi jarum, jendela yang dipasangi kayu yang pinggirannya diisi silet sampe jebakan kaki ala Tom & Jerry ( saya nggak tahu nama jebakan berbentuk gigi, tapi dikartun tom & jerry selalu aja ada -_-‘ ) membuat saya harus memasukkan The Collector dalam list film favorit saya. Belum lagi ketegangan hasil pertarungan langsung antara Arkin vs pria bertopeng, duel antara dua orang yang berpengalaman dibidangnya, satu pengalaman maling, satu pengalaman dalam hal membunuh, sangat seru buat saya pribadi daripada harus ngeliat pocong vs kuntilanak, pertarungan paling nggak seimbang sepanjang sejarah horror.


Dosis gore difilm ini emang lebih “lembut” dibandingkan film slasher lain ( apalagi film sampah, gore-nya film ini cuma nyelekit dikit doang ) tapi berkat eksekusi yang apik dan tone color yang berwarna banget untuk film slasher, cukuplah film ini bikin adrenalin berpacu.

Seperti yang saya singgung diawal, karakteristik setiap psiko itu membuat mereka punya ke-keren-nan sendiri – sendiri, beberapa berhasil menjadi icon horror, beberapa malah jadi bahan makian, tapi buat saya pribadi, mengamati karakteristik tokoh horror itu sama menariknya dengan menonton filmnya. Coba aja kamu bayangin kalo setiap psiko cuma pake pisau dapur doang disemua film? Atau mereka memakai topeng dengan karung beras secara berjamaah? Itu pasti sangat membosankan ( hmmmm tapi sadar gak sih film horror indo sekarang cuma ngasih 2 hantu doang sebagai pajangan, kalau gak pocong ya kuntilanak? Iya nggak? ). 

So, kalau ada yang bilang film slahser gitu – gitu aja, coba deh cicipin The Collector :D

7 comments:

  1. HL = hannibal lecter. *ngakak*

    ReplyDelete
  2. @ming : kasih lah ber-ekspresi dikit hehehehe :D

    ReplyDelete
  3. errrr...bisa bikin review 'flower of flesh and blood ' gak? penasaran aja soalnya dari yg aku baca di wiki :produsernya perlu membuktikan bahwa tidak ada pemeran yang benar-benar dilukai maupun terbunuh.Tahun 1991, film tersebut mendapat perhatian dari media massa ketika seorang sineas, Chris Gore bertemu aktor Charlie Sheen dan memberikannya satu kaset film tersebut. Sheen menonton Flowers of Flesh and Blood dan mengiranya sebagai film pembantaian asli, sehingga ia langsung menghubungi FBI untuk melaporkannya.[1] Seorang agen FBI, Dan Codling menginformasikan bahwa FBI dan pihak berwenang di Jepang telah menyelidiki para pembuat film tersebut, yang berkali-kali diwawancarai oleh kepolisian Jepang dan bahkan dipanggil ke pengadilan untuk membuktikan bahwa efek khusus yang digunakan (dalam film tersebut) benar-benar tipuan. gak pernah nonton sih.agak takut soalnya gak suka liat yg ekstrim gitu :(

    ReplyDelete
  4. kalo tidak salah, ad lanjutan dri film ini

    ReplyDelete
  5. Kurang begitu paham. Pokok komen aja.😁😁😁 Review juga

    ReplyDelete
  6. Part 1 : The Collector
    Part 2 : The Collector
    Part 3 : The Collected

    ReplyDelete
  7. Part 1 : The Collector
    Part 2 : The Collection
    Part 3 : The Collected

    ReplyDelete