Perbincangan bersama beberapa kawan lama malam itu tiba-tiba saja nyampe pada obrolan seputar hal-hal mistis di kampung gue. Meski menyeramkan, obrolan ini lebih sering malah berakhir dengan gelak tawa karena menyadari betapa konyolnya cerita itu. Lalu entah gimana awalnya, obrolan mulai bergeser ke soal film horor. Tentang pilem2 almarhum Suzzanna, Joyce Erna, nyampe ke pilem2 horor lokal kekinian yang berujung dengan perdebatan tentang payudara siapa yang paling montok. Hingga akhirnya pertanyaan krusial itu terlontar dari salah satu temen " pilem horror lokal apa yang menurut kamu paling serem ?"
Judul 'Pengabdi Setan' langsung disebut si Wandi, lalu ada judul-judul seperti 'Keramat, 'Sundel Bolong', 'Malam satu Suro', 'Jelangkung', 'Pocong' dll silih berganti di sebut. Si Tatang malah menyebut 'Air Terjun Penganten' sebagai pilem horor lokal terbaik versinya. Gue pengen ketawa, tapi urung ketika ngeliat mimiknya yang serius. Baiklah, sori.
Tapi asli, ini bikin gue mengerutkan jidat, tentu gue setuju kalo beberapa pilem yang disebut diatas emang beneran serem ( juga menghibur ), tapi kenapa tak ada yang menyebut judul 'Beranak Dalam Kubur? ( BDK )'.
Biar gue ceritain kenapa BDK gue anggep sebagai salah satu pilem horor lokal yang paling menyeramkan bahkan merupakan yang terbaik yang pernah di produksi sineas kita.