28 November 2011

THE HUMAN CENTIPEDE 2 ( FULL-SEQUENCE )

Masih inget Dr. Heiter? Dokter edan yang terobsesi menciptakan manusia kelabang dan sempat bikin sinema horror hiruk-pikuk dua tahun silam? aksinya dalam pelem itu ( The Human Centipede ) ternyata udah menginspirasi seorang penjaga area parkir di salah satu kota di Inggris buat ngewujudin teori '100% medically accurate' nya ke 'dunia nyata', menjadikan itu bukan hanya sekedar tagline pelem horror-medioker-murahan tapi juga sebagai terapi dari derita-psikologis yang dialaminya.

..............

Martin Lomax ( Laurence .R Harvey ) adalah seorang pengidap asma yang punya bobot ga beda ama atlit sumo, dia bekerja sebagai penjaga area parkir di sebuah kota yang keliatan sangat sepi ( dan nggak ada polisi ). Ibunya seorang renta yang udah nggak punya harapan hidup dan tiap hari memaki Martin dengan panggilan babi soalnya selain gendut, Martin emang sering berak dikasur (!), bokapnya di penjara karena kasus pelecehan seksual dan penyiksaan terhadap dirinya, dan sisa idup Martin sepulangnya dari tempat gawe dia dedikasikan buat nerima serangkaian tendangan dari tetangganya yang gue curigain adalah salah satu hooligan Tottenham Hotspurs.

Dengan kondisi kehidupan yang suram dan hopeless kaya gitu, Martin ternyata terobsesi dengan film The Human Centipede 1 ( THC1 ). Ya, waktu luangnya dia abisin buat bolak-balik nyetel pelem itu. Gue bilang bolak-balik, soalnya pas pelemnya abis Martin akan nge-rewind pelem itu buat nonton nya lagi dari awal. Terus pas pelem yang ditontonnya nyampe pada adegan tertentu dia akan ngambil ampelas ( iye, ampelas! ) buat masturbasi. Bukan itu aja, Martin juga ngumpulin foto2/gambar dari apa aja yang berhubungan ama pelem THC buat dijadiin kliping, nyimpennya di bawah kasur, terus nganggep itu sebagai kitab suci, ama oh iya satu lagi yang paling serem dia juga miara kelabang gede diakuarium, satu-satunya makhluk hidup yang bisa dia ajak ngobrol dan curhat.

Kalo udah gini, tinggal nunggu waktu aja buat si Martin akhirnya melakukan pembunuhan dan mraktekin teori '100% medically accurate' itu. Hanya saja, berbeda dengan Dr.Heiter, Martin berencana menciptakan manusia kelabang dengan menggunakan 12 manusia! ( kenapa 12? itu soalnya, populasi manusia di kota itu kayanya emang cuma 12 orang ) . Jadi dia mulai ngelumpuhin siapa aja yang keliatan dilayar pake pestol dan linggis ( termasuk Ashlynn Yennie --salah satu pemeran THC1-- yang dia tipu dengan berpura2 ngajak doi membintangi pelem Quentin Tarantino! haha! ) lalu ngumpulin semua korban nya ke dalam sebuah gudang besar. Oke, jadi bahan baku buat bikin manusia-kelabang udah siap. Tapi kemudian, apa yang seorang tukang parkir pecundang tau tentang ilmu medis dan operasi?

Review :
THIS REVIEW MAY CONTAIN SPOILER.


Beberapa tahun lalu gue pernah menulis review 'Funny Games', dimana menurut gue pelem itu sebenernya adalah sebuah statement-personal Michael Haneke buat sinema Holiwud & media lainnya yang dipenuhi glorifikasi kekerasan. Haneke menyerang langsung pengkonsumsi media kekerasan dengan membuat sebuah pelem yang secara psikologis terasa sangat 'menganggu' dan menyesakkan buat ditonton.

Nah, apa yang dilakuin Tom Six dalam The Human Centipede 2 ( THC 2 ), gue pikir nggak beda jauh ama apa yang udah dilakuin Haneke. Ya, ini lebih terasa seperti sebuah statement atau serangan balik!. Bedanya, selain bahwa dia bukan penganut anti-violence kaya Haneke, Tom Six menyasar para pengkritik pelem pertamanya ( yang banyak menuai respon negatif karena premis THC1 dinilai terlalu konyol sekaligus 'nggak ada apa-apanya' ketika diterjemahin dalam bentuk visual ). Tom Six seperti mempelajari semua review yang ditujukan buat THC1, dan memutuskan untuk men jawabnya dengan merilis pelem ini.

THC2 sengaja dibuat nyaris tanpa plot, dia juga nggak punya tensi ( kamu nggak akan nemuin adegan hide-run-seek disini ) sementara ruang untuk pengenalan karakter para korban nyaris nol. 


Jadi, setelah serangkaian adegan Martin membunuh, nembak dan ngelumpuhin korban-kobannya, praktis separo durasi pelem cuma berisi adegan Martin 'bereksperimen' di gedung tua dengan 12 korban dan seperangkat alat pertukangan yang nggak ada hubungannya ama dunia medis. Dan entah ini berita buruk apa berita baik, untuk adegan ini, Six membuang gaya mind-horror yang banyak dikritik dipelem pertamanya untuk kemudian secara vulgar ngasih apa yang dia anggep sebagai keinginan banyak penggemar horror. Dan yah, udah begitu aja. Selepas menit ke 50 itu, penonton dipaksa untuk berada di sebuah TKP buat menyaksikan aksi kejahatan sinting berlangsung. no plot, no tension..no hope. just watch it.

" bukankah emang ini yang kalian pengenin.? explicit mindless violence? so, nikmati aja " disuatu tempat kayanya Tom Six ngomong kaya gitu sambil menyeringai.

kalian bisa liat seringai nya..
Tingkahnya ini sedikit ngingetin gue sama anak kecil yang nyoba nunjukin gambar ulet buat nakut2in temen-emennya, tapi dia malah dilecehkan, karena kesel dia akhirnya membuat gambar uler sanca yang sedang mengunyah temen-temennya. harapannya, kali ini temen-temennya bakal pingsan. ( Satu hal yang dia lupa adalah, buat sebagian audiens yang kaya gituan mah bukan sesuatu yang offensive, tapi emang beneran menghibur. hihi. )

Sementara itu,  buat 'menyeret' penonton ikut hadir dalam TKP martin, Six seringkali membingkai Martin dalam sebuah frame jendela ruang parkir, dengan kamera ( di ibaratkan mata penonton ) nge-shoot tingkahnya dari sebuah tempat tersembunyi. Bener, penonton diposisikan sebagai pengintip.

Gue akui, walau apa yang tersaji di THC2 sebenernya udah mengalami 32 cuts oleh BBFC, Six bener2 ngebuktiin janjinya bahwa sequel ini akan membuat predecessor nya keliatan se imut kuda poni.


Sedikit berbaik hati, Six ngebalut semua hal menjijikan itu dalam format hitem-putih ( monochrome ), jadi penonton non-horror masih bisa menghibur diri sendiri dengan berkata " oh..itu pasti kecap yang muncrat dari kepalanya ". Tapi, secara kebetulan konsep hitam-putih ini justru membuat THC2 kerasa lebih dark, creepy, weird, kotor, sunyi dan oh ya..'berlumpur'. Dan kubangan lumpur itu bukankah sebuah tempat yang tepat buat seekor babi-gendut? cocok dah.

Dan walau dipenuhi adegan shocking-disturbing, beberapa adegan secara aneh malah menciptakan komedi-situasi-gelap, contohnya adalah adegan dimana martin menjemput Miss Yennie untuk datang ke lokasi suting 'Quentin Tarantino'. Haha. Cek pula aksi hillarious yang dia lakukan terhadap Martin di menit-menit akhir. it's hillarious-sick-joke haha.


Aksi Laurence R.Harvey disini ( yang walau nyaris nggak pernah ngomong sepanjang durasi + cuma masang ekspresi aneh ) menurut gue lebih creepy ( lebih tepatnya menjijikan ) daripada apa yang udah diusahakan Dieter Laser. Konon, kenapa akhirnya Tom Six memilih dia buat jadi villain disini adalah karena dalam audisi dia begitu sempurna ketika disuruh memperkosa kursi (?!).

Tampilnya penjahat seperti Martin juga seakan pemenuhan-keinginan Six atas review THC1 di blog ini, dimana gue menulis " tanpa harus secara konstan menampilkan wajah bengis seperti Dr.Hieter, siapa aja yang punya ide nyambungin manusia buat jadi kelabang pasti akan mengerikan, bahkan kalo dia punya wajah sepolos Baim. " Dan 2 tahun kemudian dia ngasih gue pria-pengidap asma-gendut-pecundang-tukang parkir. Untuk ini, gue cukup tekesan hehe

Dan terakhir, tokoh Martin Lomax ( seorang yang menganggap terlalu serius dan terobsesi pelem THC1 ) kayanya diciptain Tom Six buat menyindir sebagian horror-fan yang menurutnya juga terlalu serius menanggapi imajinasi/ide/konsep dari karya pertamanya.
Lewat karakter Martin Lomax, kali ini Six seperti berkata :

" kalian terlalu serius men, kenapa sih nggak nganggep aje imajinasi gue dalam THC1 tuh cuman sebagai 'karya seni' biasa..damn you lah pokona mah "

Gue pikir, dia harus mulai berfikir buat mengganti namanya menjadi Tom Sick.
Apalagi pas tau kalo dia sudah mempromosikan seri ke-3 nya ( dari rencana trilogi THC ) yang dijanjikan akan membuat THC2 ini kerasa kaya pelem Disney! Ohh...

.............................

begitulah interpretasi-instan gue ketika usai menonton ini.

Tapi jangan terlalu percaya juga sih, karena bisa aja gue salah.
Bisa aja sebenernya pelem ini sama kaya pelem horror-exploitation buruk lainnya yang nggak bemakna? Mungkinkah seperti halnya Martin Lomax, gue udah terlalu serius dengan mengkhayal tentang metafora dan statement-terselubung Tom Six yang sebenernya nggak ada? haha bisa jadi.

satu hal yang pengen gue kasi tau, gue mulai pengen masang poster Dr. Dieter dan miara kelabang.


hrrrrrrrrrrrhhhhh....

...................................................................

Don't take it too seriously.
kalo misalnya bener apa yang dlakukan Six disini terasa offensive, ini jelas sebuah serangan yang sungguh lemah, karena kalian bisa mencet tombol 'stop' kapan aja dan kembali ngelanjutin hidup.


RATING:

Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic


5 comments:

  1. Kesian amat Jenny kudu ngalamin nasib kayak gini kedua kali? Mending mati sekalian.

    ReplyDelete
  2. jadi pengen nonton,, makasih infonya gan..

    ReplyDelete
  3. Waaaa, gw belom nonton ini. Gw bukan fans THC1, tapi gw fans idenya. Menurut gw sih emang THC1 nggak layak disebut horror, tapi idenya udah horror. Dan ide horror itu bisa ada di film apa aja, nggak mesti film horror. Nah nah, apaan nih gw ngomong diulang-ulang. Hehehe...jadi menurut gw sih dari awal THC1 Tom Six terlalu tendensius jadi sutradara pilem horror yg menurut gw mah dia ngga berbakat. Dia bisa maksimalin idenya itu dalam kemasan non horror yg menurut gw jadinya malahan bisa lebih nakutin dari film horror (coba liat David Lynch).

    Dari awal gw liat tagline "100% medically accurate" itu emang sangat mengganggu. Hahahaha. Dan gw tau di benak setiap orang yg baca tagline nya itu pasti mikir "Anjis, 100& medically accurate? Gimana kalo ada orang yg nonton di belahan dunia mana gitu dan kepikiran buat ngejadiin itu di dunia nyata?" (soalnya kengerian gw juga bersumber dari situ, haha). It could be an inspiration though. And bad inspiration buat loser yg hobi coli pake ampelas (wtf?) ama bermodalkan alat pertukangan.
    Hahaha, premisnya menjanjikan film ini. Boleh dicari.

    ReplyDelete
  4. gw dah liat yg pertama gan, tp kaya'nya gw udah ga kepengen liat sequelnya deh, yg pertama payah filmnya.

    ReplyDelete
  5. thc1 ga ada apa2nya dibanding thc2, dr jmlah korban, tngkat kengerian, dan pelaku utama yg lbh rasional, dr pd thc1 dmna seorang yg berpendidikan menjadi psikopat.

    ReplyDelete