Dalam dunia Horror kita kenal ama yang namanya 'Horror-Personality' ( Psycho, Silence of the Lambs, The Vanisihing dll ) , 'Horror- Armageddon' ( Dawn of the Dead, The Mist, 28 Days Later, I Am Legend, Them! dll ), dan 'Horror of The Demonic' ( The Exorcist, Poltergeist, The Omen, dll ). 3 blok besar aliran horror ini juga menghasilkan turunannya masing2 yang salah satunya adalah 'Biographical-Horror', yaitu sebuah film horror yang dibuat berdasarkan kisah nyata seseorang/tokoh yang dianggap punya potensi buat menghasilkan ketakutan/terror ( Horror-Personality ). Yang ini biasanya adalah kisah tentang pembunuh-berantai, penculik, perampok, terroris, kanibal dll.
Untuk contoh, secara cepat aja, kita bisa menemukan film berjudul 'Bundy' yang diangkat dari kisah hidup seorang serial-killers bernama Ted Bundy di Amerika, dan masih banyak lagi yang lainnya seperti kisah Richard Ramirez, Ed Gein, Zodiac, Jack the Ripper, Charles Manson dll
Indonesia juga nggak ketinggalan. Gue mencatat ada 2 film yang diangkat dari kisah nyata. Yang pertama adalah kisah dukun Ahmad Suradji asal Deli Serdang-Sumut yang membunuh 42 orang wanita ( diangkat ke sebuah film 'Dukun AS, Misteri Kebun Tebu' ) dan kedua, kisah Sumanto sang kanibal asal Purbalingga ( Kanibal ). Silahkan tambahin kalo gue ada yang kelupaan. Yang gue pengen bahas dalam review kali ini adalah film ...yah, 'Rien Pembunuh Berantai' ( 2008).
Gue nggak bisa mengklasifikasikan film ini sebagai biographical-horror dari kisah nyata Ryan sang jagal dari Jombang itu, mengingat nama yang dipakai dalam film ini adalah 'Rien' (?) padahal jelas, kalo mengingat film ini dirilis pada tahun 2008 --dimana kasus Ryan sedang booming--, judul itu membuat pikiran orang melayang ke kasus tersebut. Dan memang itulah tujuan produsernya. Terus kenapa judulnya Rien? in my opinion, itu karena mereka memanfaatkan/mengejar momentum mendulang rezeki dari sebuah histeria-massa. Tapi mereka tau kalo nggak bisa bikin film tentang orang yang ( pada saat itu ) vonisnya aja belum dijatuhkan. Jadi, kenapa nggak bikin film yang namanya mirip aja?? dan tinggal kasih embel-embel 'pembunuh berantai'. Whattafuck?!
Jadi sodara-sodara, Jika dalam dunia per-sinemaan dikenal istilah Mockbuster yaitu sebuah film yang mendompleng popularitas sebuah film dengan membuat judul yang hampir sama, misalnya 'Transformers' disaingi oleh 'Transmorphers' ( 'Rumah Dara' dengan 'Jejak Dara' yang sintingnya di rilis hampir bersamaan )
maka kasus 'Rien Pembunuh Berantai' ini membuat gue pengen membuat istilah baru, yaitu 'Mockiographical Movies' atau Mockiographicalcarikesempatan Movies *maksa banget -.-' ) sebuah film yang dibuat dengan mendompleng kepopuleran sebuah kisah-nyata-seseorang dan momentum. Contohnya, ya film 'Rien Pembunuh Berantai' ini. Hanya ada di Indonesia sodara-sodara. Sebuah ke konyolan yang cuma bisa disaingi oleh kekonyolan Kapolda-ngeberentiin-pertandingan-sepakbola-karena-minta-wasit-di ganti. Ah, betapa cult-nya negeri ini.
Oke, walau gue nggak respek ama film aji-mumpung model begini, tapi sebagai konsumen-film yang siap ngeluarin sejumlah uang buat menghibur diri, kemungkinannya gue masih bisa ngelupain ke kurang-ajar an diatas, kalo filmnya di garap bener. Sayangnya, film ini tidak.
Baiklah gue ceritain secara singkat stroyline nya,
Rien kecil ( namanya Rien, tapi pemaen laen sering nggak sadar manggil dia Ryan ) adalah seorang anak yang kerap di bully temen sekolahnya karena dianggap cengeng dan banci. Dia lebih senang bermain dengan perempuan. Sementara di rumah, Rien yang kurang perhatian menyaksikan dengan mata kepala sendiri ibunya berselingkuh dengan lelaki lain. Rien pun mulai diliputi kebencian. Sampai akhirnya dia melakukan pembunuhan pertamanya.
Beberapa belas tahun kemudian, Rien digambarkan sudah bekerja dan mempunyai kekasih seorang pria ( gay ). Lalu sisa plot film ini bisa dijelaskan dengan sebaris kalimat begini : ' Rien memergoki seseorang yang sedang berselingkuh, kemudian Rien membunuhnya'. Ulangi kalimat tersebut 4 kali. Kemudian, Rien ditangkep polisi. Tamat.
Fuhh, Ngomongin kelemahan teknis film ini, sama aja kaya nyoba ngritik sinetron 'Pacarku Tukang Gorengan' di TPI apa Indosiar. Bakalan cape sendiri haha, tiap menitnya dipenuhi ama ketololan yang kemungkinannya bikin kamu salto sambil menjerit-jerit. Adegan pembunuhan yang seharusnya bisa jadi hiburan, disini justru menjadi bagian paling menjengkelkan. Soalnya setiap kali adegan ini, editornya ngasih efek-efek flashy + adegan close-up orang menjerit yang nggak nyambung ama frame sebelumnya. Nggak enak banget diliat. Semua itu diperparah ama backsound buruk nan memekakkan telinga. Kacau balau.
Gue kasi salah satu contoh adegan yang bikin gue terbengong-bengong, antara pengen ketawa ama pengen nangis :
Jadi, ceritanya si Rien kecil ini disuruh oleh ibunya yang galak buat ngambil air di sungai karena pompa mereka sedang rusak. Rien yang malang pun berjalan kesungai dengan membawa ember.
Di gambar ini kalian bisa liat kalo sungai itu dalemnya paling sekitar 40cm. yah kurang lebihnya segitulah. Dan arusnya juga nggak berbahaya. Tuh liat aja..
Tiba-tiba si Dewo, temen sekolah Rien yang sering nge-bully dateng dan mulai mengejeknya lagi. Dia bilang " dasar banci, kalo ngambil air itu sore aja, bareng ama emak2 sama ibu-ibu..yaah dasar banci.."
wkwkwk percaya atau nggak, kalo kalian nonton sendiri, ngedenger suaranya, kalian pasti akan berfikir kalo si Dewo lah yang sebenernya banci. Haha.
Rien hanya terdiam saja. Saking asiknya ketawa, si Dewo nggak sengaja ngejatohin sepatu yang dipegangnya ke sungai. " Dewo, itu sepatu kamu hanyut.." kata Rien. Dewo pun kaget dan mulai panik ngeliat sepatunya hanyut. Dia langsung berusaha ngambil, sayangnya dia kepleset dan jatuh ke sungai 40cm itu, untungnya dia masih bs berpegangan. Yang gue heran, ini bocah preman tukang mukul kenape takut kelelep disungai yang dalemnya cuman 40cm???
liat aje tuh aksinya bergantungan panik di batu seakan sungai 30cm dimana Rien ngambil air tadi berubah jadi sungai Amazon. Pada momen ini kamu akan menyadari kalo otak kamu meleleh.
Adegan berikutnya, si Rien hanya memandangi saja temennya berteriak minta tolong. Wajahnya seakan2 diliputi oleh kebencian. Setelah diam sejenak dia lalu mengambil patung batu yang gue nggak tau sejak kapan ada patung batu disitu??? Dan ilham darimana yang membuat sutradara pengen patung batu masuk dalam scene ini??
Dan akhirnya kini tibalah waktu buat Ryan untuk membalas dendam. Tangan Dewo yang berpegangan di batu, dia pukul dengan patung batu itu. Crott!
Bloody-goree!!
Dan Dewo pun terseret sungai sedalem 40 cm itu...
Oh noo...where's my brainn?
Saking banyaknya adegan tolol model begitu, kamu bakalan nggak tau mau ngritik yang mana. Semuanya asli dieksekusi dengan terburu-buru dan sangat dangkal.
Akting pemeran utamanya ( Guntur Triyono...ada yang tau siapa die? ) sih sebenernya keliatan berusaha sebaik mungkin menghayati peran, tapi buruknya arahan, skrip ama dialog --yang kayanya cuma di-dialog-in di tempat laen selaen bumi-- membuat semuanya mentah.
Beruntung dia punya sepasukan ABG-centil yang sangat memujanya --bahkan ketika filmnya aje belon rilis--. Kalian baca aja komen cewe-cewe ini di sebuah situs yang memuat artikel perilisan film ini disini --->; Press Release Rien Pembunuh Berantai : Masa Lalu yang Kelam Menjadikannya Seorang Pembunuh Sadis . Apakah kalian punya ide siapa sebenernya yang nulis komen-komen disitu??
Dan posternya? o-mii-god. Apa kalian mendapat kesan seram atau kalian malah mengira ini poster obat panu-kadas-kurap Kalpanax?
Asli, gue nggak nyangka ada sutradara seperti Steady Rimba, yang kualitas filmnya dari tahun 90-an --dia adalah sutradara film 'Bisikan Nafsu' dan 'Gairah Malam'-- nggak pernah mengalami progress. Gue nggak ngerti. Padahal, sutradara se-asshole Uwe Boll aja akhirnya bikin pelem 'lumayan'. Satu-satunya progress yang dia bikin cuman keberaniannya buat akhirnya bikin judul film yang sengaja dibikin se-goblok mungkin, seperti apa yang dilakukannya pada film 'Hantu Puncak datang Bulan' dan 'Dendam Pocong Mupeng' dua tahun kemudian. Eh, sebenernya gue juga nggak tau ini kemajuan apa degradasi. Ini aja udah ngebuktiin kalo sutradara2 seperti ini nggak pernah punya bakat, nggak pernah punya niat/usaha karyanya menjadi lebih baik, dan nggak jatuh cinta dengan profesinya.
Hehe, sori aje pak sutradara. Gue sebenernya orang yang sangat apresiatif kalo berhubungan ama karya orang lain kok, apalagi kalo misalnya film ini adalah karya ekstrakurikuler siswa SMP kelas 2. Pasti gue puji-puji dah dengan tulus. Gue juga akan memaklumi kalo film ini dibuat 'direct-to-sinetron' yang diputer buat ngisi slot TV tengah malem. Sayangnya, film ga tau diri ini dengan cara yang gue nggak ngerti, bisa diputer di bioskop ( Blitzmegaplex, coy! ) dan meminta calon penontonnya buat merogoh uang sebesar Rp.25.000!!
Shit.
IMO : FILM KANCUT INDONESIA PADA UMUMNYE.
Pembuat film ini ( juga pembuat film horror-kancut lainnya ) kalo dianalogikan mungkin seperti seseorang yang ngeliat bisnis nasi goreng lagi rame, maka dia pun buru-buru bikin usaha nasi goreng. Sayangnye, orang ini sebenernya nggak punya keahlian atau bakat buat jadi seorang tukang nasi goreng. Dia bahkan nggak ngerti cara bikin nasi goreng. Jadi deh dia ngasih bumbu dan ngegorengnya asal-asalan. Kemungkinan lainnya adalah, orang-orang ini terlalu malas dan cuma pengen nasi-goreng nya cepet-cepet kelar.
Lebih celaka lagi, dia sebenernya nggak punya alat memadai buat menggoreng, dan yang dilakukannya adalah menggoreng nasi diatas ember. Kalian bisa bayangin kaya apa tuh rasanya nasi goreng. Logikanya, nasi gorengnya ga laku dong?
Tapi tim tukang nasi-goreng abal-abal ini cukup cerdik dan menggunakan berbagai macam cara buat ngundang konsumen. Salah satunya adalah nemplokin flyer atau selebaran promosi dimana-mana ( yang dia tahu biasanya berhasil narik minat konsumen Indonesia ) Promosinya adalah : Yang ngelap meja di warung nasi goreng itu sangat ganteng!! atau yang sekarang lagi ngetren 'tukang cuci piringnya dari Korea, Jepang, Uzbekistan' dll. Sesuatu seperti itu, yang sebenernya nggak ada hubungannya ama rasa nasi gorengnya.
ARTIS KOREA MY ASS! |
Jder! laku juga lah nasi gorengnya tanpa meduliin penonton yang kemudian kejang-kejang dan muntah. Tentu aje, siapa yang peduli ama konsumen ketika jutaan rupiah udah ditangan? bahkan mereka juga gue yakin sih bakalan nggak peduli ama kritik model begini.
Yah, gue tau kalo bisnis hiburan ( baca : film ) beda ama nasi goreng. Maksudnye, gimana cantiknya pemeran, seberapa gede toket, ama darimana dia berasal ( Korea, Jepang ) jadi salah satu elemen nggak terpisahkan yang membuat laku atau tidaknya hiburan tersebut.
Yang jadi masalah adalah kalo semua effort kru-nya cuma ditumpahin buat ngurusin elemen-sekunder kaya gitu dan nggak mempedulikan kualitas film yang dibuatnya.
APA BEDANYA FILM BURUK-yang-MENGHIBUR AMA FILM BURUK-KANCUT?
Nyampe sini, mungkin kalian akan nanya, kenapa orang kaya gue yang bisa meng-apresiasi positif film semacam Bad Taste , nggak bisa menikmati film ini ? apa bedanya film2 b-movie kancut yang sering dirating bagus di blog ini dengan 'Rien Pembunuh Berantai' ?
Bedanya adalah : mereka ( pembuat film horror-instan ini ) sama sekali nggak mencintai apa yang dikerjakannya. Mereka nggak jujur kalo yang dibuatnya adalah film kancut. Mereka nggak ngerti dan nggak peduli apa yang lagi di bikinnya. Nggak ada passion didalemnya. Mereka nggak pernah punya niat buat nyenengin penonton. Mereka bahkan bukan penghibur. Mereka cuma lihai dalam memperhitungkan "sesingkat mungkin kerja/suting, seminim mungkin modal, sedahsyat mungkin promosi dan sebesar mungkin untung " ). dari sini udah keliatan kalo bakat mereka adalah...uhm, gimana kalo pengusaha MLM?
Kalo seorang entertainer b-movie sejati pasti akan membuat film model kaya begini menjadi beneran menghibur dengan mengkasting Ruben, Olga ama Ivan Gunawan buat jadi korban mutilasi sang pembunuh. hehe mereka juga akan membuat filmnya nggak ber-tendensi buat keliatan keren atau penuh makna. Kenapa? karena mereka sadar diri lagi bikin apaan.
Terus ada diskusi menarik lainnya yang bilang kalo film-film kaya gini beberapa puluh tahun kedepan pasti banyak dicari dan menjadi cult seperti Lady Terminator atau Jaka Sembung .Gue nggak tahu bakal gimana puluhan tahun kedepan, mungkin aja emang beneran bakal ada sebagian orang yang ngejadiin film2 kaya gini sebagai cult. Tapi, gue yakinin kalo gue bukan salah satunya.
Buat jadi cult atau minimal menghibur, sebuah film -menurut standar-subyektif gue- harus punya beberapa poin dan film model kaya gini nggak punya sama sekali.
Gue kasi contoh aje, apa ada yang memuja-muja atau mengoleksi film2 kaya 'Gairah Malam', 'Akibat Bebas Sex' atau 'Gairah di Puncak' ? Gue udah nonton film2 itu, dan asli gue pengen amnesia supaya bisa ngelupain betapa buruknya film2 itu.
Salah satu scene yang disturbing dalam film ini. Maho detected!
Hal-hal seperti ini yang membuat gue sampe sekarang masih belom kuat dan males buat nonton film horror lokal. Alih-alih dapet FUN, yang ada gue malah emosiii melulu. Kaya contohnya review film ini yang malah melebar kemana-mana hahaha Makanya, gue salut ama yang punya blog Raditherapy , soalnya dia pasti orangnya sabar bukan main. Lanjutkan pengorbananmu, gan haha.
Buat Vividsm, ini saatnya buat memasukkan nama Steady Rimba di tengah-tengah Nayato dan KK Dheeraj.
Tentunya, gue masih belum nyampe tahap putus asa banget sih ama horror-lokal, soalnya beberapa sineas muda yang juga terlihat jengah dengan situasi kaya gini mulai ngasih harapan. Kapan-kapan gue pengen ngereview 'Rumah Dara', Oke hehe
................................................................................................................................
Hehe terakhir, Kalo ada yang bilang, 'hargai dong karya orang lain, jangan bisanya nyela doang..' gue jawab : " gue udah ngehargain film ini seharga biaya rentalnya Rp.3000 dan gue bayar lunas! " bukannya cuma sebesar itulah harga film ini? Terus minta dihargain apanya lagi?
Udah ah, gue udah cukup puas ngeluarin uneg-uneg sebagai konsumen hehe
Stay away from this shit.
RATING
............................................................
++ ngomong-ngomong soal pembunuh berantai, Indonesia sebenernya punya belasan tokoh yang bisa dijadiin film biographical-horror. Dari belasan itu, yang paling potensial buat diangkat ke layar lebar menurut gue adalah si Alex Rio Bullo.
Dia adalah perampok mobil sekaligus pembunuh berantai. Udah dihukum mati. Walau korbannya tidak sebanyak Ryan, tapi Rio punya keunikan. Dia selalu membunuh korbannya dengan martil. ini aja sudah cukup memenuhi syarat buat jadi ikonik. Senjata yang khas! Rio juga punya ending yang bagus dari kisah hidupnya untuk diceritain.
Dan tentu saja judulnya adalah : MARTIL. *jrengjrengjreng!
NOTE : Oh iya..di postingan ini gue juga sekalian pengen memperkenalkan sistem rating baru yang akan dipakai di blog ini. ikon-nya adalah 'popcorn-otak'.
hehe terima kasih buat Raditherapy yang udah ngasih ide gue buat make gambar ini. gimana keren ga? kalo keren, layangkan pujian buat dia :) Hehe jadi, rating maksimumnya adalah 10 popcorn-otak. dan minimumnya adalah 1 popcorn-otak.
hehe terima kasih buat Raditherapy yang udah ngasih ide gue buat make gambar ini. gimana keren ga? kalo keren, layangkan pujian buat dia :) Hehe jadi, rating maksimumnya adalah 10 popcorn-otak. dan minimumnya adalah 1 popcorn-otak.
kalo ada film yang udah keterlaluan menjengkelkannya sampe rating 1 popcorn-otak aja masih terlalu tinggi buatnya, ratingnya adalah gambar ini :
dan selamat, sebuah kehormatan buat film 'Rien Pembunuh Berantai' untuk pertama kalinya dapet rating ini. hehe
dan selamat, sebuah kehormatan buat film 'Rien Pembunuh Berantai' untuk pertama kalinya dapet rating ini. hehe
....................................
posting yg sangat menarik!
ReplyDeletedan sistem rating baru nya juga asik!
hahahaahah
pocorn otak! :))
wkwkwkwkwkw!!! kerenan gambar eek-nya nih daripada filmnya kayanya...epik!!
ReplyDelete*your welcome :)
Saya sendiri sebenernya selalu tertarik untuk nonton film beginian. Tapi sialnya masih terlalu banyak film2 lain yang lebih layak, jadinya film kancut gini malah sering ketinggalan tuk ditonton.
ReplyDeleteSaya sendiri sampe sekarang masih heran kenapa filmaker di indonesia ini gak pernah bisa bikin b-movie yang bagus. Bikin film untuk kategori "so bad it's good" aja gak bisa, ini kok malah sok-sokan mau bikin film yang beneran bagus.
hahahahaha.....gambar eeknya keren....
ReplyDeletedulu sempet buat nyewa film ini, tapi akhirnya mengurungkat niat....
tulisan yang sangat emosional dan sentimentil hehe..
ReplyDeleteLOL, reviewnya penuh emosi tapi jadi lucu
ReplyDeleteand eeknya, ROCKS! :D
hahahahaha segitu emosinya ngereview film, di tahan dulu emosinya masih banyak film bodoh yang keluar belakangan dan bisa dimaki lagi
ReplyDeletepas nonton film ini, tombol ff rasanya sangat berguna sekali dan aku bisa menyelesaikan film ini dalam waktu 15 menit saja haha
ReplyDeleteiya yaw, masih asyikan nonton bad taste daripada pelem ini, bener bener bener
ReplyDeleteBah, kalo adegan hanyut disungai dengan air setinggi 40 cm mah keliatan komedi banget. Kenapa ngebunuhnya enggak didorong jatuh, baru waktu bangun kepala korbannya langsung dihempaskan di batu kali, kan lebih kece ya, atau ditindih supaya mati lemas karena enggak bisa bernafas, jadi lebih masuk akal 'kan (waduh, kayaknya sudah expert nih dalam menghilangkan nyawa orang hehehehe). Ketauan banget waktu rapat bikin scene ini orang-orangnya pada kehabisan kopi. ^_^
ReplyDeletegw juga udah ntn RIEN...
ReplyDeletecuma kuat nonton stengah jam... sisa nya fast-forward saking eneg nya.. xD
biasanya film2 model bgini mayan buat haha-hihi.. lucu2an.. tapi kalo udah keterlaluan tolol nya.. gak nahan jg gw..hehe
sekelas dah nih ama filmnya KKD...
Sumpah, aku baru tahu lo ada film ini....
ReplyDeleteAku malah lebih terhibur baca reviewnya. Hahah.
Boleh tukeran link?
Saya udah nonton film ini. Di-skip terus sih. Film yang seharusnya tidak perlu diciptakan....
ReplyDeletehei ho...saya baru baca blog ini dan langsung ngakak guling2 (dimana langsung dijauhin sama temen sekantor disangka giloooo.... #hiks )
ReplyDeleteSalam kenal, sepertinya akan banyak ngubek blog ini ^^