Gue nggak tau apa yang kalian kerjakan buat ngabisin waktu pas guru dan pelajaran di kelas dulu begitu membosankan. Kalo gue sih, biasanya gue mulai ngerubah halaman belakang buku tulis jadi buku gambar. Iya, corat-coret disitu hehe. dan nggak tau kenapa obyek yang paling sering gue gambar tuh kalo diinget-inget ternyata hantu ama monster ( selain He-Man, The Lone Rangers ama Kura Kura Ninja tentu saja ).
Untuk hantu yang paling sering gue gambar tuh pocong, kuntilanak ama kepala buntung sementara untuk gambar monster, ini yang paling nyenengin, soalnya gue bisa bereksperimen dengan bebas..nyiptain monster2 khayalan sendiri. Misalnya ajaa..bikin monster Pak Siswanto. Guru sejarah ini gue rubah jadi monster gurita dengan sepasang taring mencuat dari mulutnya yang berlumuran darah karena mengunyah kepala temen-temen gue. Selain itu, gue juga suka nggambar monster2 dari pilem atau komik horror/fantasi seperti godzilla, drakula, zombie atau mummy. Tentu yang ini berkaitan erat dengan kedoyanan gue ama pilem dan komik horror semenjak kecil ( hobi yang selalu membuat emak marah-marah karena tiap malem terpaksa nganterin gue pipis ke wc ).
Kok serem amat ya anak kecil hobinya nggambar kaya gitu, haha
Nggak sih , gue cuman pengen bilang kalo sebenernya para villain ( monster ) tuh nggak kalah menarik dari karakter superhero. Dua duanya sama memorable dan menempati ruang khayalnya masing2 dalam kepala gue.
Nah, sungguh menyenangkan pas mengetahui ada anak-anak lain di belahan bumi sebelah sana yang ternyata punya hobi dan passion serupa ama gue, haha walaupun itu ternyata cuma ada dalam pilem :P. yeah, it's 'Monster Squad' !!
Storyline :
Sekumpulan anak kecil yang sangat menyukai pilem horror dan monster membentuk sebuah geng bernama 'Monster Squad' . Aktifitas geng ini selain nonton pilem horor, nggambar monster di kelas ( sama kaya gue ) mereka secara aktif juga berdiskusi membahas masalah per-monster-an. Misalnya, tentang '3 cara membunuh vampire', 'siapa sebenarnya Frankenstein, atau kenapa di pilem2, manusia serigala selalu memakai celana? haha yg terakhir itu kedengeran lebih mirip pertanyaan cewe2 abg untuk pilem 'Twilight'.
Sementara itu diceritain, setelah 100 tahun silam kekuatan kegelapan Dracula berhasil dihancurkan Dr .Abraham Van Helsing, kini makhluk penghisap darah itu kembali ke bumi dengan sebuah rencana besar. Dia memanggil monster-monster lainnya..Werewolf, Mummy, Frankenstein, dan Gillman ( monster dari 'Creature from the Black Lagoon' --gue akan ngereview pilem ini kapan-kapan-- ) buat bergabung dalam sebuah misi kegelapan : nyari amulet ( jimat ) yang akan membuat dunia berada dalam genggaman mereka.
Dengan telah meninggalnya Van Helsing, siapa lagi yang akan menghentikan mereka kali ini?
Ghustbusters? No! The Goonies? No! Scooby Doo? Nooope!..
this is Monster Squad Job!!
REVIEW :
Rilis hanya setahun setelah 'Night of The Creeps' yang silly splatter, pilem kedua Fred Dekker ini ternyata lebih kerasa kaya pilem Lima Sekawan, Ghostbusters atau The Goonies versi horror. Hehe ya, Monster Squad gue pikir punya bates yang tipis antara pilem drama, keluarga, anak-anak, komedi, petualangan, dan horror. tapi, whatever Fred Dekker untuk kedua kalinya berhasil mengemasnya menjadi sangat sangat menyenangkan.
Selain karena tetep dipenuhi referensi pilem horror dan hillarious funny line, Dekker juga keliatan seneng ngasih olok-olok sekaligus tribute buat genre b-grade horror ( yang sepertinya adalah genre favorit sang sutradara ) , dan jangan lupain pula keterlibatan sang maestro spesial efek untuk urusan ngedesain monster badass : Stan Winston.
Oke, kostum Drakulanya emang cheesy dan keliatan kaya kostum yg banyak dijual di Pasar Baru, tapi desain Mummy, Werewolf, Gillman dan Frankenstein-nya sangatlah keren. Terutama untuk Mummy dan Werewolf, sekali lagi kerja yang sangat bagus dari Stan Winston, Dan andai saja Fred Dekker mau nambah screen time buat mereka, gue pasti akan ngasih 1 rating lagi buat Monster Squad.
Selain itu ada subplot tentang Frankenstein yang membelot dan berteman dengan Phoebe ( anak kecil cewe annoying yang selalu ditolak masuk geng Monster Squad ), juga cerita tentang tetangga Jerman misterius yang di juluki geng ini sebagai 'Scary German Guy'. funny. Semuanya dibalut ama fast pacing, tanpa terlalu banyak adegan yang sia-sia.
Untuk adegan action nya sediri, jangan terlalu berharap akan penuh head exploding dan eksplisit gore seperti di Night of The creeps, selain satu adegan keren dimana tubuh Werewolf yang hancur bersatu kembali, praktis adegan yang lain terasa sangat karikatural, contohnya, adegan gimana anak-anak ini berhasil menendang 'wolfman's-dork' ( yang menghasilkan line hillarious 'Wolf's got nards!!" ) dan gimana cara mereka mengalahkan Mummy kemungkinannya udah sering kalian liat di pilem kartun Scooby Doo, haha. Emang se kiddies itu, meski sebenernya tetep butuh parental guidance juga mengingat ada adegan salah satu anak ini ngintip cewe ganti baju dan cukup banyak bertebaran f-words.
...........................
So, apa yang membuat Monster Squad tetep terasa sangat menyenangkan buat gue adalah, Fred dekker membuatnya dengan passion dan semangat bersenang-senang. Dia nggak pernah peduli pilemnya bakal laku apa nggak ( nyatanya emang nggak laku hehe ), nggak pernah berpura-pura sedang membuat pilem yang berkualitas, nggak juga sengaja membuat pilem jelek supaya dibilang cult. seperti salah satu quotenya :
" You never set out to make a cult movie."
Dia hanya sedang mengerjakan apa yang dia sangat gemari...dengan penuh antusiasme dan kegembiraan. Dan kalian tau, kegembiraan bisa menular.
Monster Squad membuat anak kecil yang berada dalam tubuh dewasa gue melonjak-lonjak kegirangan lalu pada akhirnya terharu karena merindukan masa itu : 80-an. Masa dimana gue selalu percaya dibawah ranjang ada monster berlendir dan yakin digigit laba-laba akan membuatmu memiliki kekuatan super. Masa dimana dunia kerasa baik-baik saja, langit terlihat selalu cerah, hanya bermain setiap hari, penuh fantasi, imajinasi, nggak punya tanggung jawab dan nggak ditanyain kapan kawin hehe.
Fred Dekker's 'Monster Squad', dengan caranya sendiri berhasil ngelemparin gue kembali ke masa-masa indah itu, persis seperti yang dialami kritikus masakan yang terharu pada masakan sederhana masa kecil nya dalam 'Ratatouille'.
Sungguh disayangkan, karir Fred Dekker ternyata cukup menyedihkan, selepas ngebesut Robocop 3 yang flop dan menuai caci maki dari audiens luas, nggak ada lagi pilem yang dia hasilkan. Kemaren gue nonton ulang 'Robocop 3' dan dia memang cukup keras kepala masukin style nya, ngerubah kisah polisi robot yang sudah lekat dengan tone dark menjadi bright, silly dan kiddies. Itu jelas membuat Robo-fan murka haha. Mulai dari sini gue berasumsi nggak ada lagi produser yang mau rugi dengan make jasanya haha. You know, produser nggak butuh predikat cult, mereka butuh duitnya berlipat ganda heheh.
My name is Horace.. | Whore ass?? |
Gue sendiri berharap suatu saat dia hadir kembali dan ngasih audiens horror sesuatu yang udah sangat langka gue rasain pada pilem2 horror ke kinian : passion, kejujuran, dan semangat bersenang-senang.
Whatever, Miss You, Fred.
RATING:
Pelm abadi dan gak ada matinya. Kesian si Horace keburu mokat.
ReplyDeleteN00b : mokat? nggak ah. nggak ada anak kecil yg mokat disini. hehe
ReplyDeletesesuatu yang udah sangat langka gue rasain pada pilem2 horror ke kinian : passion, kejujuran, dan semangat bersenang-senang.
ReplyDeleteIni quote yang bagus banget, hampir semua pilem sekarang rata2 profit oriented, udah kehilangan passion sama semangat bersenang-senang.
bang artikel ente ada yang copas,,, gw sebagai fans lo kaga ikhlas.. ahaha nih linknya cek deh bang : http://wisbenbae.blogspot.com/2011/08/10-film-horor-terbaik-sepanjang-masa.html
ReplyDelete@Ringo: Maksudnya, pemeran aslinye, boss. Bukan tokoh si Horace-nya. He he he.
ReplyDelete