07 November 2014

EDISI I-LOVE-KOREA: MEMORIES OF MURDER (2003)

Written By Ming

Pengantar

Anda salah satu korban Korean Wave (jelas yang saya maksud Korea di sini dan nantinya adalah Korea Selatan, bukan tetangganya yang punya pemimpin berambut Mohawk itu) dengan drama-drama cintanya yang cute dan mengharu biru? Atau penggemar boyband-girlband-groupband—apapun itu sebutannya dengan personel berwajah boneka hasil polesan operasi plastik? Atau begini, setidaknya anda bakal mengetatkan ikat pinggang dengan berpuasa atau cukup mengonsumsi Indomie 3 kali sehari, misalnya, hanya untuk memiliki tablet Samsung terbaru, bukan? Hohoho, tenang saja. Anda tidak sendiri. Saya pun salah satu korban gelombang budaya Korea yang telah mengglobal. 

Cuma, yang saya gemari ini bisa dibilang sepi penggemar di sini—jika dibandingkan dengan produk Korea yang sudah saya sebut di atas, dan cuma bisa jadi obrolan seru sesama penggemar film horror beserta turunannya yang bisa dibilang masih satu spesies dengan pengunjung setia—dan tidak setia—blog horror kacangan (saya sebagai salah satu kontributor abadi dan satu-satunya, memang sudah mengajukan proposal kepada editor blog ini untuk mengganti saja nama Horror Popcorn menjadi Horror Kacang) yang makin sepi postingan hingga membuat sekelompok penggemar fanatik melakukan demo di depan kantor fiktif kami. 

Beberapa tahun terakhir, saya menemukan rentetan horror/crime-thriller Korea yang sanggup membuat saya terkagum-kagum dan sungguh gatal, kenapa fans berat American B-class, old-school campy horror, 70’s & 80’s horror lokal, Italian mondo dan bahkan New French Extreme—yang amat singkat eranya—juga seluruh penggemar horror berbagai sekte dan aliran, gagal move on dari Oldboy dan Choi Min Sik ketika mendengar kata ‘Korea’. Bukannya saya ini tidak menggemari Choi Min Sik. Maksud saya, memangnya siapa sih yang tidak ngefans dengannya? Saya bahkan masih mengikuti dia di film terbaru Luc Besson, Lucy, di mana dia masih saja menjadi badass yang kehadirannya selalu mencengangkan, meskipun sayangnya terlalu memaksakan diri untuk menjaga kharismanya selepas Oldboy.

Karenanya, saya berniat membuat review edisi I-LOVE-KOREA sebagai bentuk MP3COWKI (Masterplan Percepatan Perluasan Pemantapan Cuci Otak Wabah Korea Internasional). Untuk beberapa postingan ke depan, saya akan secara rutin menulis HANYA film-film horror/crime-thriller Korea. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Park Chan Wook yang telah menjadi ikon coolness baru Korea setelah ‘vengeance trilogy’-nya, serta sedikit banyak telah mempengaruhi film horror Korea secara keseluruhan untuk masing-masing semakin berlomba memberi ide cerita yang tak pernah terpikirkan sebelumnya diikuti adegan-adegan revolusioner yang bikin geleng kepala, saya tidak menulis review ‘vengeance trilogy’ di bagian-bagian awal. Mari kita simpan yang terbaik—atau mungkin yang terpopuler—di belakang, nanti saja. Edisi review ini sepenuhnya berdasar pada selera pribadi saya, jadi sudah jelas akan menjadi sangat subjektif. Tenang, saya masih punya banyak stok film horror/crime-thriller Korea yang keren untuk postingan-postingan berikutnya. Siapa tahu selera kita sama. Request boleh diajukan dengan imbalan donasi seikhlasnya.


 Terus, kita masuk ke filmnya…

Tahun 1986, di sebuah kota kecil—mungkin lebih tepat disebut pedesaan—Korea Selatan ditemukan mayat wanita korban pemerkosaan dan pembunuhan di saluran air persawahan. Tak lama, serentetan pembunuhan dengan metode serupa (diikat dan dicekik dengan stocking, bra, atau tali tas untuk lalu ditutupi kepalanya dengan celana dalam) terhadap para perempuan lokal pun terjadi, memaksa seorang detektif kampung setempat, dibantu oleh partnernya dan detektif yang datang dari Seoul bahu membahu untuk memecahkan kasus pembunuhan serial yang terinspirasi dari kejadian nyata yang sangat terkenal dan menjadi salah satu kasus tak terpecahkan di Korea Selatan hingga kini. 

Warning! Review dibawah ini mungkin mengandung spoiler

Memories of Murder bukan tipikal crime thriller di mana kita bakal menemukan banyak adegan kekerasan yang berdarah-darah atau jagoan badass ala Korea. Bukan sama sekali. 

Hanya saja film ini punya banyak dimensi: ada kekonyolan khas orang kampung di sana yang luar biasa menghibur, humor gelap, drama-drama kecil yang menyentuh, investigasi polisi yang melibatkan penyiksaan ala orde baru kita, perubahan situasi politik di Korea Selatan dari kediktatoran di akhir 80-an, beberapa adegan menegangkan dan teka-teki yang sungguh memusingkan, sekaligus melelahkan. Ini semua dirangkum dalam durasi sekitar dua jam lebih. 

Kelebihan film ini selain eksekusi apik dan akting yang kuat, adalah ceritanya sendiri. Kita sebagai penonton, seolah terbawa untuk ikut menjadi detektif! Kita dipaksa untuk menduga-duga dan menganalisis siapa sebenarnya pembunuh yang amat rapi dan teliti, juga licin bagaikan belut ini. 


villain badass kita 
maaf, ini villain badass kita


eh, atau yang ini???
Caranya: sepanjang film, tak ada habisnya kita diberi berbagai macam petunjuk berupa koinsiden-koinsiden yang seolah menjadi bukti kuat dari kasus pembunuhan dan sosok-sosok yang perilakunya diduga sebagai tersangka, yang kesemuanya berakhir terpatahkan begitu saja hingga kita benar-benar dibuat clueless. Bingung karena sudah tidak bisa membedakan lagi mana yang hanya kebetulan dan mana yang sesungguhnya bukti kejahatan valid. Setelah semua kelelahan dan frustasi yang dialami kedua detektif kita, terutama karena gagalnya mereka menangkap tersangka paling meyakinkan di penghujung film yang disebabkan ketidakcocokan hasil DNA, detektif kita hanya sanggup berkata: cukup adalah cukup.

Ini film yang sudah dianggap klasik dan memenangkan hati banyak orang pada masanya. Konon semua adegan proses penyelidikan, kondisi dan hasil otopsi korban, TKP, tes DNA, hingga kehidupan para detektif dibuat dengan detil dan semirip mungkin dengan peristiwa asli.  

Funniest Moment: Sangat banyak. Mulai dari yang membuat kita tersenyum, hingga ketawa guling-guling. Tapi mungkin saya bisa pilih ini: tokoh utama detektif kampung kita berteori bahwa ketiadaan rambut pubis di TKP menunjukkan bahwa kemungkinan si pembunuh adalah lelaki dengan kemaluan botak atau tidak punya rambut pubis sama sekali. Dia pun diam-diam memperhatikan setiap kemaluan lelaki ketika mandi di sauna bersama dan berpesan kepada pemilik sauna untuk segera melapor padanya jika menemukan lelaki dengan kemaluan botak yang hanya disambut dengan tertawaan.


Another Funny Moment by Ringo : Jadi detektif kampung kita ini suka nginterogasi sambil mukulin orang yang dicurigainya, persis kelakuan polisi kita lah. Nah, suatu kali mungkin karena ngerasa bersalah tuduhannya nggak terbukti, mereka nyoba 'nyogok' korbannya dengan ngasih sepatu. Momen lucu nya bisa kalian intip lewat spoiler-snapshot dibawah ini hehe

kelakuan polisi haha
Best Scene: Di adegan terakhir, 17 tahun setelah kasus ini, tokoh utama kita yang terlalu lelah untuk menjadi detektif dan akhirnya memutuskan untuk menjadi pengusaha, menyempatkan diri kembali ke saluran air tempat dia menemukan mayat pertamanya demi mengenang masa-masa yang barangkali paling berkesan dalam hidupnya. Seorang bocah menegurnya dan berkata bahwa baru-baru ini saja, ada seorang lelaki yang juga mendatangi tempat itu sekadar untuk “mengenang sesuatu yang pernah dilakukannya di sini”. Mantan detektif kita bertanya bagaimana rupa si lelaki. Dari deskripsi si bocah, lelaki itu sangat mendekati sosok tersangka paling meyakinkan di film. Tokoh kita tercenung, tergagap dan menunjukkan ekspresi yang sulit digambarkan, hingga closing credit menutup layar.


 Feels Like: Zodiac versi Korea

-Ming-


11 comments:

  1. Bahahahaha. Anjeengg, yg Nike & Nice itu juga ngakak banget Go! Ternyata kelakuan polisi di mana-mana sama yak! Ditambah ini polisi kampung :))))

    ReplyDelete
  2. @Ming : Haha iya tuh kocak banget. Cuman masih mending disono, polisinya masih baik hati nyogok korban salah tangkepnya meski pake sepatu palsu wkwk lah disini,meski salah tangkep dan bikin korbannya babak belur, mereka tetep aja nyolot. Anyway, crime-thriller yang sangat mengasyikkan, ditutup ama ending sederhana nan memorabel dan bikin raut wajah gue jadi persis detektif itu, melongo sampe beberapa saat setelah kredit titel muncul. awesome! hehe

    ReplyDelete
  3. Tolong usahakan update tiap minggu, kalau bisa tiap hari karena saya sangat menikmati artikelnya

    ReplyDelete
  4. ada yg tau link download yg masih hidup?
    saya dimana mana nemunya deadlink terus :(

    ReplyDelete
  5. Coba donlod pake Torrent
    https://kickass.so/salinui-chueok-i0353969/#720p

    ReplyDelete
  6. Jadi ini sampai akhirnya masih gak terungkap ya gan pembunuhnya? Apa pembunuhnya tetep si suspect terakhir? Si ordinary boy?

    ReplyDelete
  7. Jadi ini sampai akhirnya masih gak terungkap ya gan pembunuhnya? Apa pembunuhnya tetep si suspect terakhir? Si ordinary boy?

    ReplyDelete
  8. Jadi ini sampai akhirnya masih gak terungkap ya gan pembunuhnya? Apa pembunuhnya tetep si suspect terakhir? Si ordinary boy?

    ReplyDelete